BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sampai
saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang
menjadi prioritas di bidang kesehatan. Disamping menunjukkan derajat kesehatan
masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan
kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan,
infeksi, dan keracunan kehamilan. Penyebab kematian langsung tersebut tidak
dapat sepenuhnya dimengerti tanpa memperhatikan latar belakang (underlying factor) yang mana bersifat
medik maupun non medik. Diantara factor non medik dapat disebut keadaan
kesejahteraan ekonomi keluarga, pendidikan, ibu, lingkungan hidup, perilaku dan
lain-lain.
Diabetes
Mellitus (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai
tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah perlu
mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trisemester pertama kadar glukosa
akan turun antara 55%-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa
dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan
secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
Di
Indonesia DMG sekitar 1,9%-3,6% dan sekitar 40%-60% wanita yang pernah
mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes
mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan
dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial. Bila hasilnya
belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa
oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah melebihi 200 mg%. jika
didapatkan nilai dibawah 100mg% berarti bukan DM, dan bila nilainya di antara
100-200mg% belum pasti DM. Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan
terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram
glukosa dan kadar glukosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah
setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan
toleransi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2% dari semua wanita hamil,
kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan
kecenderungan orang dengan gangguan toleransi glukosa, 25% kemungkinan akan
berkembang menjadi DM. Diabetes Mellitus Gestasional merupakan keadaan yang perlu
ditangani dengan professional, karena dapat mempengaruhi kehidupan janin atau
bayi di masa yang akan dating, juga saat persalinan.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes
gestasional?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien
dengan diabetes gestasional.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Diabetes mellitus gestasional didefinisikan
sebagai intoleransi karbohidrat dengan berbagai tingkat keparahannya, yang awitannya
atau pertama kali dikenali selama masa hamil saat ini (ADA, 1990 dalam Bobak,
2005). Walaupun GDM hilang pada akhir kehamilan, ada kemungkinan besar GDM
terjadi lagi pada kehamilan berikutnya.
Diabetes mellitus gestasional adalah
gangguan kronik yang ditandai dengan hiperglikemia yang disertai abnormalitas
utama pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein (Morgan & Hamilton,
2009).
Diabetes mellitus pragestasional adalah
diabetes yang telah terjadi sebelum konsepsi dan terus berlanjut setelah masa
hamil. Diabetes pragestasional dapat berupa diabetes tipe I (tergantung
insulin) atau diabetes tipe II (tidak tergantung insulin), yang mungkin
disertai atau tidak disertai penyakit vaskuler, retinopati, nefropati, dan
komplikasi diabetik lain. Individu yang menderita diabetes tipe II dianggap
tergantung insulin selama masa hamil karena pemberian masa agens hipoglikemi
oral harus dihentikan akibat efek potensialnya pada janin (Bobak, 2005).
B. Klasifikasi
Diabetes dikelompokkan
dalam tiga tipe utama oleh institut nasional kesehatan (ADA, 1990), yaitu:
1. Tipe I:
IDDM
Diabetes
ini tergantung pada insulin, sel-sel beta pankreas di pulau langerhans pada dasarnya tidak memproduksi insulin.
2. Tipe II:
NIDDM
Diabetes ini tidak tergantung pada insulin, sel-sel
beta pankreas di pulau langerhans tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan
insulin yang terus-menerus atau pada saat stres terjadi.
3. Tipe
III: Diabetes gestasi
Pada diabetes ini terjadi intoleransi
karbohidrat selama masa hamil tanpa memperhatikan tingkat keparahan.
Diabetes merupakan komplikasi medik yang sering terjadi pada
kehamilan ada dua macam perempuan hamil dengan diabetes, yaitu:
1. Diabetes
Pragestasional
Perempuan
hamil dengan diabetes yang sudah diketahui sejak sebelum hamil.
2. Diabetes
Gastasional
Perempuan
hamil dengan diabetes yang baru diketahui setelah perempuan itu hamil.
Diabetes
pada masa hamil lebih jauh dikategorikan dengan sistem klasifikasi White dan tingkat keparahan perubahan
vaskuler yang telah terjadi (White, 1978). Klasifikasi ini membantu para tenaga
kesehatan mengidentifikasi wanita diabetik yang memiliki resiko lebih tinggi
selama masa hamil. Klasifikasi diabetes mellitus selama masa hamil antara lain:
Kelas
|
Karakteristik
|
Intoleransi
glukosa pada masa hamil
|
Toleransi
glukosa abnormal selama masa hamil; hiperglikemia pasca prandial selama hamil
|
A
|
Diabetes
kimiawi yang didiagnosis sebelum masa hamil; diatasi hanya melalui upaya
diet, awitan dapat terjadi di usia berapapun
|
B
|
Terapi
insulin dilakukan sebelum masa hamil; awitan pada usia 20 tahun atau lebih,
durasi kurang dari 10 tahun
|
C
|
Awitan
pada usia 10-20 tahun atau durasi 10-20 tahun
|
D
|
Awitan
sebelum usia 10 tahun, atau durasi>20 tahun atau hipertensi kronis
|
F
|
Nefropati
diabetic disertai proteinuria
|
H
|
Penyakit
arteri koroner
|
R
|
Retinopati
proliferative
|
Meskupun klasifikasi White telah
digunakan selama bertahun-tahun, tetapi sekarang diakui bahwa dengan
penatalaksanaan yang tepat, tidak ada perbedaan yang berarti pada kelompok
individu kecuali untuk tipe F, H, dan R akan menghasilkan buah kehamilan yang
kurang baik. Riset telah berulang kali memperlihatkan bahwa factor utama yang
mempengaruhi buah kehamilan adalah derajat pengendalian glikemik maternal
(Jovanovic-Peterson, 1988).
C.
Etiologi
Diabetes mellitus selama
kehamilan yang terjadi disebabkan karena kurangnya jumlah jumlah insulin yang
dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran
sel.
D.
Patofisiologi
Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa
darah) diakibatkan karena produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan
insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler. Insulin-insulin yang
diproduksi sel-sel beta pulau langerhans di pankreas bertanggung jawab
mentransfer glukosa ke dalam sel. Apabila insulin tidak cukup atau tidak
efektif, glukosa berakumulasi dalam aliran darah dan terjadi hiperglikemia.
Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas dalam darah yang menarik cairan
intrasel ke dalam sitem vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan
volume darah. Akibatnya ginjal menyekresi urine dalam volume besar (poliuria)
sebagai upaya untuk mengatur kelebihan volume darah dan menyekresi glukosa yang
tidak digunakan. Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa haus berlebihan (polidipsi).
Penurunan berat badan akibat pemecahan lemak dan jaringan otot, pemecahan
jaringan ini menimbulkan rasa lapar yang membuat individu makan secara
berlebihan (polifalgia). Diabetes Gestasional intoleransi glukosa selama
kehamilan, tidak dikelompokkan ke dalam NIDDM pada pertengahan kehamilan
meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan dan hormone chorionic somatomamotropin
(HCS). Hormon ini meningkatkan suplai asam amino dan glukosa ke fetus.
Dalam kehamilan terjadi
perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan
bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap
melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnay dalam darah janin hampir
menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin, sehingga
kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula
terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain seperti
estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya reabsorpsi makanan
maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin
meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal, hal ini disebut sebagai
tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi
insulin yaitu bila ditambah dengan insulin eksogen tidak mudah menjadi
hipoglikemi, akan tetapi bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin,
sehingga ibu relatif hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan.
Pada DMG, selain perubahan-perubahan
fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan dimana jumlah fungsi insulin
menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi
terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu
bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi
terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi
komposisi sumber energi abnormal yang menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai
komplikasi. Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga
mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, dan sebagainya).
E. Web of
Caution (WOC) Diabetes Gestasional
(Mitayani, 2009)
F.
Manifestasi Klinik
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar
gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah melebihi 160-180 mg/dl maka
glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih. Tanda dan gejala diabetes mellitus
pada kehamilan adalah sebagai berikut:
1.
Poliuria
Jika
kadar glukosa darah tinggi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Ginjal menghasilkan air kemih
dalam jumlah berlebihan sehingga penderita sering berkemih dalam jumlah banyak.
2.
Polidipsi
Polidipsi
sebagai kompensasi dari sering berkemih karena tubuh banyak kiehilangan cairan
maka tubuh akan memberi sinyal rasa haus, selain itu kadar glukosa darah yang
tinggi menyebabkan darah semakin pekat, maka tubuh membutuhkan mekanisme
pengencer dari air minum.
3.
Polifagi
Sejumlah
besar kalori hilang ke dalam air kemih sehingga penderita mengalami penurunan
berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini, penderita seringkali merasa lapar
yang luar biasa sehingga banyak makan
4.
Mudah lelah
Gejala
lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan tubuh
selama melakukan olahraga. Penderita diabetes yang gula darahnya kurang
terkontrol lebih peka terhadap infeksi.
5.
Ketoasidosis
Pada
diabetes tipe I, terjadi suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosi
diabetikum. Meskipun kadar gula darah di dalam darah tinggi tetapi sebagian
besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin sehingga sel-sel ini
mengambil energi dari sumber lain. Sel lemak dan menghasilkan keton yang
merupakan senyawa kimia beracun yang menyebabkan darah menjadi racun (ketoasidosis).
Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum
adalah rasa haus dan berkemih berlebihan, mual, muntah, leleh, dan nyeri perut
(terutama pada anak-anak). Pernapasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh
berusaha memperbaiki keasaman darah.
G.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Urin Lengkap
Untuk
mengetahui apakah ada kandungan glukosa pada urin sehingga menunjang untuk
ditegakkannya diagnose DMG pada ibu hamil.
2. Pemeriksaan Darah
Kadar gula darah untuk
mendeteksi adanya DM atau tidak.
3. Pemeriksaan Kadar Kolesterol Trigliserida
Makanan yang banyak
mengandung kolesterol harus dikurangi pada wanita hamil karena ini hanya memperburuk
keadaan jika ibu tersebut DMG.
4. Pemeriksaan infeksi TORCH
Untuk mendeteksi apakah
ibu hamil tersebut mengalami infeksi pada trisemster pertama, karena apabila
terjadi infeksi maka janin akan mengalami cacat bawaan.
H.
Pengaruh Diabetes pada Kehamilan
1. Pengaruh Diabetes terhadap
Ibu
Wanita diabetik yang hamil
memiliki resiko komplikasi. Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan
dengan kontrol glukosa wanita sebelum konsepsi dan selama masa hamil.
Komplikasi maternal sebelumnya terjadi sehubungan dengan kehamilan diabetik yang
meliputi hal-hal di bawah ini:
a. Aborsi
spontan
Terjadi lebih sering di antara wanita diabetik
dan aborsi ini berhubungan dengan kontrol glikemia yang buruk pada saat
konsepsi dan pada minggu-minggu awal kehamilan (Combs, Kitzmiller, 1991; Rosenn,
dkk, 1991 dalam Bobak, 2005).
b. Hipertensi
akibat kehamilan atau preeklamsia
Terjadi
dua kali lebih sering masa hamil diabetic. Insiden tertinggi terjadi pada
wanita yang sebelumnya mengalami perubahan vascular terkait dengan diabetes
(Cunningham, dkk., 1993; Meyer, Palmer 1990 dalam Boba, 2005).
c. Hidroamnion
Suatu kelebihan cairan
amniotic sebesar 2000 ml. terjadi sekitar 10 kali lebih sering dengan kehamilan
bukan diabetik. Hidroamnion menyebabkan distensi uterus berlebihan,
meningkatkan resiko ruptur membrann yang prematur, persalinan prematur, dan
hemoragi pascapartum.
d. Infeksi
Lebih umum terjadi dan lebih berat pada wanita
diabetik yang hamil. Infeksi vagina khususnya vaginitis monilial, lebih umum
terjadi. Infeksi traktius urinarius, yang umum terjadi selama masa hamil dan
lebih sering terjadi pada wanita diabetik yang hamil kemungkinan berhubungan
dengan glikosuria. Infeksi ini dapat mempresipitasi persalinan prematur.
e. Ketoasidosis
Ketoasidosis dapat mengancam kehidupan ibu dan
janin. Ketoasidosis terjadi paling sering selama trimester kedua dan ketiga,
yakni saat efek diabetogenik pada kehamilan paling besar karena resistensi
insulin meningkat. Ketoasidosis adalah konsekuensi hiperglikemia yang tidak
diobati yang pada umumnya disebabkan oleh infeksi atau penyakit maternal atau
dosis insulin yang tidak tepat. Hiperglikemia terjadi glukosa tidak dapat
ditranspor ke dalam sel-sel karena tidak tersedia cukup insulin. Karena tidak
dapat menggunakan glukosa untuk menghasilkan energi, tubuh mulai memecah
lemak, badan keton diproduksi oleh hati
dan berakumulasi di dalam darah (ketosis) dan dibuang ke dalam urin
(ketonuria). Karena ketosis meningkat, asidosis metabolic terjadi akibat efek
keton yang menurunkan kadar PH. Jumlah cairan yang besar hilang akibat diuresis
osmotik, yang disebabkan dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit. Terapi
yang cepat dibutuhkan untuk menghindari koma dan kematian pada ibu.
Ketoasisdosis yang terjadi pada suatu saat di sepanjang masa hamil, dapat
menyebabkan kematian janin intra uterin. Mortalitas perinatal dapat mencapai
50%-80% jika disertai ketoasidosis pada ibu (Gbbe,1990; Harvey, 1992 dalam Boba
2005).
Walaupun
kontrol glikemia secara ketat merupakan tujuan penatalaksanaan kehamilan
diabetik tetapi resiko hipoglikemia meningkat (Langford, Bortholomew, 1992).
Hipoglikemia biasanya disebabkan insulin yang berlebih, makan terlambat atau
tidak makan, atau latihan yang terlalu berat. Selama trimester pertama, saat kadar glukosa secara khas
berada di bawah normal, hipoglikemia sering terjadi. Pada kehamilan lanjut,
akibat penyesuaian dosis insulin untuk mempertahankan kontrol
glikemia, hipoglikemia juga dapat terjadi. Efek hipoglikemia selama trimester
pertama dapat menimbulkan efek-efek kongenital pada janin.
2. Pengaruh Diabetes terhadap
Janin
a. Sering
terjadi abortus
b. Kematian
janin dalam kandungan setelah 36 minggu
c. Dapat
terjadi cacat bawaan
d. Dismaturitas
e. Janin
besar atau makrosomia
f. Kematiaan
neonatal tinggi
g. Setelah
lahir dapat terjadi kelainan neurologik dan psikologi
3. Pengaruh Diabetes terhadap
Persalinan
a. Inersia
uteri dan atonia uteri
b. Distosia
karena janin (anak besar, bahu lebar)
c. Kelahiran
mati
d. Persalinan
lebih sering ditolong secara operasi
e. Angka
kejadian perdarahan dan infeksi tinggi
f. Morbiditas
dan mortalitas ibu tinggi
4. Pengaruh Diabetes terhadap
Nifas
a. Perdarahan
dan infeksi puerperal lebih tinggi
b. Luka-luka
jalan lahir lambat pulih/sembuh
I.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
kehamilan diabetik merupakan suatu proses yang kompleks diantaranya wanita
perlu memiliki pengetahuan tentang program terapi dan peka terhadap perubahan
yang dapat terjadi sehingga ia dapat berespon dengan tepat. Walaupun mungkin
wanita memilki sedikit pengetahuan dan pengalaman tentang berbagai aspek
keperawatan diabetik yang mencakup diet, insulin, latihan fisik, pemantauan
glukosa darah yang membutuhkan bantuan dari perawat untuk memahami dampak
kehamilan pada diabetes sehingga ia dapat melaksanakan perawatannya dengan
efektif.
1. Diet
Penatalaksanaan diet pada wanita diabetik
selama masa hamil harus dilandaskan pada kadar glukosa darah (bukan glukosa
urin). Konseling nutrisi yang diselenggarakan oleh ahli gizi. Diet disesuaikan
dengan kebutuhan individu sehingga dapat memungkinkan peningkatan kebutuhan
metabolik dan kebutuhan janin dengan pertimbangan faktor-faktor seperti: berat
badan pra kehamilan dan kebiasaan diet, kesehatan secara keseluruhan, latar belakang
etnik dan gaya hidup, tahap kehamilan, pengetahuan tentang nutrisi dan terapi
insulin.
Adapun
penatalaksanaan diet pada kehamilan diabetik yang dapat dilakukan dirumah:
a. Ikuti
rencana diet yang diprogramkan
b. Konsumsi
diet seimbang termasuk kebutuhan makanan harian untuk kehamilan normal
c.
Bagi asupan makanan harian dalam 3 kali waktu
makan dan 2-4 kali cemilan sesuaikan kebutuhan individu
d.
Konsumsi cemilan dalam jumlah yang cukup
sebelum tidur untuk mencegah penurunan kadar glukosa darah pada malam hari
e. Batasi
asupan lemak jika penambahan berat badan terlalu cepat
f. Konsumsi
vitamin dan zat besi harian sesuai yang diprogramkan dokter
g. Hindari
makanan yang kandungan gula murninya tinggi
h.
Makan secara konsisten setiap hari, jangan
pernah melewatkan waktu makan atau cemilan
i.
Kurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol
j.
Makan makanan yang kandungan seratnya tinggi
k. Hindari
alkohol dan kafein.
2. Pemantauan kadar glukosa darah
Kadar
glukosa darah diukur sebelum makan atau sebelum makan cemilan, 2 jam setelah
makan dan sebelum tidur walaupun mengukur glukosa yang lebih jarang dapat
dilakukan sesuai pengontrolan glikemia wanita tersebut. Wanita dianjurkan
memeriksa kadar glukosanya setiap kali muncul tanda hipoglikemia atau
hiperglikemianya.
Rentang
target kadar glukosa darah selama masa hamil adalah sebagai berikut:
Rentang
Target (ml/dl) Darah
|
Kadar
Glukosa
|
Sebelum sarapan
|
60 sampai 90
|
Sebelum makan, makan malam, dan sebelum tidur
|
60 sampai 105
|
2 jam setelah makan
|
60
sampai 120
|
3. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan
ini dilakukan saat bangun tidur dan setiap kali makan atau cemilan tertunda.
Apabila terjadi ketonuria, asupan karbohidrat harus dengan hati-hati
ditingkatkan atau dapat ditambahkan cemilan lain ke dalam rencana makan
sehari-hari (Jovanovic-Peterson, Peterson, 1992 dalam Bobak, 2005).
4. Terapi
insulin
Insulin
manusia biosintesis dianjurkan untuk diberikan kepada wanita hamil karena
insulin ini mungkin menimbulkan reaksi alergi, jika dibandingkan dengan insulin
yang berasal dari hewan (animal-base
insulin). Jenis insulin yang diberikan selama masa hamil adalah insulin
yang kerjanya intermediet (NPH dan lente) dan cepat atau teratur
(Jovanic-Peterson, Peterson, 1992 dalam
Bobak, 2005).
Dosis
insulin total harian ditetapkan berdasarkan minggu gestasi wanita dan berat
tubuhnya. Kakulasi dosis awal ini kemudian diatur berdasarkan kebutuhan, sesuai
kadar glukosa darah. Kebanyakan wanita diabetik tergantung insulin membutuhkan
banyak injeksi setiap hari selama masa hamil. Suatu kombinasi insulin kerja
intermediet dan insulin teratur (kerja pendek) sebelum sarapan dan pada waktu
makan malam merupakan suatu program umur yang diberikan.
5. Latihan
fisik
Latihan
masa fisik selama masa hamil yang dikomplikasi diabetes agak kontrovensial,
tetapi telah diakui bahwa latihan fisik meningkatkan penggunaan glukosa dan
menurunkan kebutuhan insulin pada diabetes tipe II dan diabetes gestasional
(Artal, 1992; Winn, Reece, 1989, dalam Bobak, 2005).
Pada diabetes tipe I
rencana latihan fisik wanita diprogramkan dengan bijaksana dan dipantau dengan
ketat oleh tenaga perawatan kesehatan. Adapun latihan fisik yang dapat
dilakukan di rumah untuk wanita hamil dengan diabetes pragestasi, antara lain:
a. Rencana
latihan fisik disesuaikan dengan keadaan individu dan harus dipantau oleh
tenaga perawatan kesehatan.
b. Pilih
latihan fisik yang dapat dinikmati sehingga dapat dilakukan secara teratur.
c. Latihan
fisik tidak harus berupa latihan yang terlalu giat supaya dapat dilakukan
dengan efektif.
d. Hindari melakukan latihan fisi di lingkungan yang hangat.
e. Waktu
yang paling tepat untuk melakukan latihan fisik adalah setelah makan. Saat
glukosa darah mulai meningkat.
f. Pantau
kadar glukosa darah sebelum, selama, dan setelah latihan fisik untuk menentukan
variasi kadar glukosa.
g. Jangan
menyuntikkan insulin ke ekstremitas yang akan segera digunakan dalam latihan
fisik.
f. Supervise
Perawatan
prenatal untuk wanita hamil yang menderita diabetes biasanya perlu dijadwalkan
lebih sering daripada perawatan renatal untuk wanita hamil yang tidak menderita
diabetes. Apabila terdapat pertanyaan tentang pengontrolan glikemia, kunjungan
dijadwalkan minimum setap 2 minggu sekali selama 32 minggu pertama dan kemudian
setiap minggu sampai bayi lahir.
g. Hospitalisasi
Terlepas
dari kemajuan dalam keperawatan, beberapa wanita mungkin membutuhkan
hospitalisasi supaya dosis insulinnya dapat diatur dan kadar glukosanya dapat
distabilkan. Dengan hospitalisasi,
situasi dapat dikontrol untuk mengatur pemberian terapi insulin, sementara
pengajaran intensif tentang pemberian insulin secara mandiri dan tentang
pengaturan glukosa darah dapat diajarkan.
h. Komplikasi
Untuk
mencegah komplikasi, wanita sebaiknya tidak melakukan perjalanan tanpa
menghubungi tenaga perawatan sebelumnya. Setiap kali jauh dari rumah, wanita
tersebut harus membawa insulin, spuit, gula, kerja-cepat (fast-acting). Ia harus menggunakan gelang identifikasi setiap saat,
juga akan sangat membantu jika wanita tersebut membawa daftar makanan
pengganti.
J.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. RKD (Riwayat Kesehatan Dahulu)
· Riwayat
diabetes
· Riwayat
anak lahir besar
b. Riwayat
Kesehatan Keluarga
· Adanya
keluarga yang menderita DM
c. Riwayat
Kesehatan Sekarang (RKS)
· Ditemui
adanya tanda-tanda DM, seperti polidipsi, polifagi, poliuri, dan lain-lain
d. Saluran
Urinarius
Dapat
mengalami riwayat poliuria. Infeksi Saluran kemih (ISK), nefropati makanan dan
cairan, polidipsia, polifagia, mual, muntah, serta penurunan berat badan.
e. Keamanan
Integritas
lengan, paha dapat berubah karena injeksi insulun yang sering, terdapat
kerusakan penglihatan/retinopati, serta riwayat gejala-gejala infeksi dan atau
positif terhadap infeksi perkemihan dan vagina.
f. Sosial Ekonomi
Masalah
faktor sosial ekonomi dapat meningkatkan risiko komplikasi, ketidakadekuatan,
atau kurangnya sistem pendukung yang bertangggung jawab.
g. Pemeriksaan
Diagnostik
2. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang dapat ditegakkan untuk pasien yang mengalami diabetes
gestasional, yaitu:
a. Perubahan
nutrisi kurang/lebih dari kebutuhan b.d. ketidakmampuan mencerna dan
menggunakan nutrisi kurang tepat.
b. Kekurangan
volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan
dan tidak adekuatnya intake cairan.
c. Resiko
tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol
diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan
respon umum.
d. Resiko
tinggi terhadap trauma, pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi
pertumbuhan intra uteri.
e. Gangguan
psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi kritis atau mengancam pada
status kesehatan maternal atau janin.
f. Kurang
pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa dan kebutuhan tindakan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan informasi dan
tidak mengenal sumber informasi
3. Perencanaan
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan/
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Perubahan nutrisi kurang/ lebih
dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan
nutrisi kurang tepat
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
KH:
· Mempertahan-kan gkulosa
darah puasa (FBS) antara 60-100 mg/dl, dan 1 jam postprandial tidak lebih
dari 140 mg/dl
· Mengungkap-kan pemahaman
tentang aturan tindakan individu dan kebutuhan pemantauan diri yang sering
|
1.
Timbang BB klien setiap kunjungan prenatal.
2.
Kaji masukan kalori dan
pola makan dalam 24 jam.
3.
Tinjau ulang/ berikan
informasi mengenai perubahan yang diperlukan pada penatalaksanaan diabetik.
4.
Tinjau ulang pentingnya
makan dan kudapan yang teratur bila menggunakan insulin.
5.
Perhatikan adanya mual
dan muntah, khususnya pada trimester pertama.
6.
Kaji pemahaman
tentang efek stress pada diabetes.
7.
Ajarkan klien metode finger stick untuk memantau glukosa sendiri
dengan menggunakan strip enzim dan meter reflektan.
8.
Anjurkan pemantauan keton urin pada saat terjaga dan bila rencana
makan atau kudapan diperlambat.
Kolaborasi:
1.
Rujuk pada ahli diet terdaftar pada diet individu dan konseling
pertanyaan mengenai diet.
2.
Pantau keadaan glukosa serum
(FBS, preprandial, 1dan 2 jam postprandial) pada kunjungan awal kemudian
sesuai kondisi klien.
3.
Tentukan hasil HbAic setiap 2-4 mgg.
4.
Siapkan untuk perawatan di rumah sakit bila diabetes tidak
terkontrol
|
1.
Penambahan BB adalah kunci penunjuk untuk memutuskan penyesuaian
kalori.
2. Membantu dalam mengevaluasi pemahaman klien tentang
mentaati aturan diet.
3. Kebutuhan metabolisme dan janin/ maternal membutuhkan
perubahan besar selama gestasi, memerlukan pemantauan ketat dan adaptasi.
4. Makan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia
postprandial dan ketosis puasa/ kelaparan.
5. Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi
karbohidrat, yang dapat menimbulkan metabolism lemak dan terjadinya ketosis.
6.
Stress dapat meningkatkan
kadar glukosa, menciptakan fluktuasi kebutuhan insulin.
7.
Kebutuhan insulin sehari
dapat dinilai berdasarkan temuan glukosa serum periodik.
8.
Ketidakcukupan masukan
kalori ditunjukkan dengan ketonuria.
Kolaborasi:
1.
Diet spesifik pada individu perlu untuk mempertahankan
normoglikemia, dan untuk mendapatkan penambahan berat badan yang diinginkan.
2.
Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir menurun
bila kadar FBS direntang antara 60 dan 100 mg/dl, kadar prepandial antara 60
dan 105 mg/dl, 1 jam postprandial tetap rendah 140 mg/dl, dan 2 jam
postprandial kurang dari 120 mg/dl.
3.
Memberikan keakuratan gambaran rata-rata kontrol glukosa
serum selama 60 hari sebelumnya. Kontrol glukosa serum
memerlukan waktu 6 minggu untuk stabil.
4.
Morbiditas bayi dihubungkan pada hiperinsulinemia janin
karena hiperglikemia maternal.
|
2.
|
Kekurangan volume cairan
dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan dan tidak
adekuatnya intake cairan
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan keseimbangan
cairan dan elektrolit.
KH:
· Turgor kulit kembali normal
· Membran mukosa lembab
· BB stabil
· Tanda vital dalam batas
normal
|
1. Kaji dan dokumentasikan turgor kulit, kondisi membran
mukosa, TTV.
2. Timbang BB setiap hari hari dengan menggunakan alat yang
sama.
3.
Catat intake dan output secara adekuat.
4.
Jika klien mampu, anjurkan
untuk mengkonsumsi cairan peroral dengan perlahan, dan tingkatkan jumlah
cairan sesuai order.
5.
Tes urin terhadap
aseton, albumin, dan glukosa.
Kolaborasi:
1. Berikan
cairan intravena sesuai order yang terdiri dari elektrolit, glukosa, dan
vitamin.
|
1.
Pengkajian status cairan
dan elekrolit yang akurat menjadi dasar rencana asuhan keperawatan dan
evaluasi intervensi.
2.
Penimbangan berat badan perlu dilakukan secara rutin untuk
mengetahui kesesuaian BB dengan umur kahamilan.
3.
Poliuri menyebabkan pasien banyak kehilangan cairan. Pengkajian output dan input yang tepat membantu
menentukan tindakan.
4.
Mencegah kekurangan
cairan dan memperbaikai keseimbangan asam basa, perubahan kadar elektrolit,
dan hipovitaminosis.
5.
Menetapkan data dasar
yang dilakukan secara rutin untuk mendeteksi situasi potensial risiko tinggi
seperti ketidakadekuatan intake karbohidrat, diabetik ketoaidosis, dan
hipertensi dalam kehamilan.
Kolaborasi:
1.
Selanjutnya guna mempertahankan kesimbangan asam-basa dan keadaan
elektrolit yang tidak seimbang.
|
3.
|
Resiko tinggi terhadap
cedera maternal berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik, profil
darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon umum.
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan cedera maternal tidak terjadi.
KH:
· Tetap normotensif.
· Mempertahan-kan
normoglikemi.
· Bebas dari komplikasi seperti infeksi, pemisahan
plasenta.
|
1. Perhatikan klasifikasi white untuk diabetes. Kaji
derajat kontrol diabetik.
2. Kaji perdarahan pervaginam dan nyeri tekan abdomen.
3. Pantau terhadap tanda dan gejala persalinan preterm.
4. Bantu untuk belajar memantau glukosa darah di rumah
yang dilakukan 6 kali sehari.
5.
Periksa keton dalam urin
setiap hari.
6. Identifikasi kejadian hipoglikemia dan hiperglikemia.
7. Pantau adanya edema dan tentukan tinggi fundus uteri.
8. Kaji adanya infeksi saluran kencing.
9. Pantau dengan ketat bila obat tokolitik digunakan untuk
menghentikan persalinan.
Kolaborasi:
1. Pantau kadar glukosa serum setiap kunjungan.
2. Dapatkan HbA1c setiap 2-4 minggu sesuai indikasi.
3. Kaji Hb dan Ht pada kunjungan awal lalu selama
trimester kedua dan preterm.
4.
Instruksikan pemberian insulin sesuai indikasi.
5. Dapatkan urinalisa dan kultur urin, kultur rabas
vagina, berikan antibiotika sesuai indikasi.
6. Kumpulkan spesimen untuk ekskresi protein total,
klirens kreatinin nitrogen urea darah dan kadar asam urat.
7. Jadwalkan pemeriksaan oftalmologi selama trimester
pertama, trimester kedua dan ketiga bila berada dalam diabetes klasifikasi
kelas D atau diatasnya.
8. Siapkan untuk ultrasonografi pada gestasi ke-8, 12, 26,
36 dan 38 untuk menentukan ukuran janin dengan menggunakan diameter
biparietal, panjang femur dan perkiraan berat badan janin.
9. Mulai terapi intra vena dengan dekstrose 5%, berikan
glukogon sub cutan bila dirawat di rumah sakit dengan shock insulin dan tidak
sadar. Ikuti
dengan pemberian susu skim 8 oz bila mampu menelan.
|
1.
Klien dengan
klasifikasi D, E atau F adalah berisiko tinggi terhadap komplikasi kehamilan.
2.
Perubahan vaskular yang dihubungkan dengan diabetes menandakan
resiko. abrupsi plasenta.
3. Distensi uterus berlebihan karena makrosomia atau
hidramnion dapat mempredisposisi-kan pada persalinan awal.
4. Memungkinkan keakuratan tes urin yang lebih besar
karena ambang ginjal terhadap glukosa menurun selama kehamilan.
5. Ketonuria menandakan adanya kondisi kelaparan yang
secara negatif dapat mempengaruhi perkembangan janin.
6. Insiden hipoglikemia sering terjadi pada trimester
ketiga karena aliran glukosa darah dan asam amino yang kontinue pada janin
dan untuk menurunkan kadar insulin antagonis laktogen plasenta. Insiden
hiperglikemia memerlukan regulasi diet atau insulin untuk normoglikemia
khususnya pada trimester kedua dan ketiga karena kebutuhan insulin sering
meningkat dua kali.
7. Diabetes cenderung kelebihan cairan karena perubahan
vaskuler. Insiden hidramnion sebanyak 6% – 25% pada kasus diabetes yang hamil
kemungkinan berhubungan dengan peningkatan kontribusi janin pada cairan
amnion dan hiperglikemia meningkatkan haluaran urin janin.
8.
Deteksi awal adanya
infeksi saluran kencing dapat mencegah pielonefritis.
9.
Obat tokolitik dapat
meningkatkan glukosa darah dan insulin plasma.
Kolaborasi:
1. Mendeteksi ancaman ketoasidosis, menentukan adanya
ancaman hipoglikemia.
2. Mengontrol secara akurat glukosa selama 60 hari
terakhir.
3. Anemia mungkin ada dengan masalah vaskuler.
4. Kebutuhan insulin menurun pada trimester pertama
kemudian meningkat dua kali dan empat kali lipat pada trimester kedua dan
ketiga.
5. Membantu mencegah atau mengatasi pielonefritis.
Monilial vulvovaginitis dapat menyebabkan sariawan oral pada bayi baru lahir.
6.
Kemajuan perubahan vaskuler dapat merusak fungsi ginjal dengan
diabetes jangka panjang atau berat.
7.
Latar belakang retinopati dapat berlanjut selama kehamilan karena
keterlibatan vaskuler berat. Terapi koagulasi laser dapat memperbaiki dan
menurunkan fibrosis optik.
8. Mengetahui adanya tanda makrosomia dan diproporsi
cephalopelvis.
9.
Glukagon adalah substansi alamiah yang bekerja pada glikogen
hepar dan mengubahnya menjadi glukosa yang memperbaiki status hipoglikemik.
|
4.
|
Resiko tinggi terhadap
trauma, pertukaran gas pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol
diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan trauma tidak terjadi.
KH:
· Kehamilan cukup bulan.
· Meningkatkan keberhasilan
kelahiran dari bayi usia gestasi yang tepat.
· Bebas cedera.
· Menunjukkan kadar glukosa normal, bebas tanda
hipoglikemia.
|
1. Tinjau ulang riwayat prenatal dan kontrol maternal.
2. Periksa adanya glukosa atau keton dan albumin dalam
urin ibu dan pantau tekanan darah.
3. Observasi tanda vital.
4. Anjurkan posisi rekumben lateral selama persalinan.
5. Lakukan dan bantu dengan pemeriksaan vagina untuk
menentukan kemajuan persalinan.
Kolaborasi :
1.
Tinjau hasil tes pranatal seperti profil biofisikal, tes nonstres
dan tes stres kontraksi.
2. Dapatkan atau tinjau ulang hasil dari amniosentesis dan
ultrasonografi.
3.
Pantai kadar glukosa serum maternal dengan finger stick setiap jam, kemudian setiap 2-4 jam sesuai indikasi.
4.
Observasi frekuensi denyut jantung janin.
5.
Lakukan pemberian cairan dekstrose 5% per parenteral.
6.
Siapkan untuk induksi
persalinan dengan oksitosin atau seksio saesar.
7. Kolaborasi dengan tim medis lain sesuai indikasi.
|
1.
Hiperglikemia maternal
pada periode pranatal meningkatkan makrosomia, membuat janin berisiko
terhadap cedera kelahiran karena distosia atau disporsia sefalopelvis. Kadar glukosa maternal yang
tinggi pada kelahiran meransang pankreas janin, mengakibatkan hiperinsulinemia.
2.
Peningkatan glukosa dan
kadar keton menandakan ketoasidosis yang dapat mengakibatkan asidosis janin dan
potensial cedera susunan syaraf pusat.
3.
Peningkatan infeksi
asenden, dapat mengakibatkan sepsis neonatal.
4.
Meningkatkan perfusi
plasenta dan meningkatkan kesediaan oksigen untuk janin.
5.
Persalinan yang lama
dapat meningkatkan resiko distres janin.
Kolaborasi:
1.
Memberikan informasi
tentang cadangan pada plasenta untuk oksigenasi janin selama periode
intrapartal.
2.
Memberikan informasi
tentang maturasi paru janin.
3.
Peningkatan kebutuhan energi, penurunan kadar glikogen.
4.
Tachikardi, bradikardi atau deselerasi lambat pada penurunan
variabilitas menandakan kemungkinan hipoksia janin.
5.
Mempertahankan
normoglikemia tanpa pemberian glukosa sampai persalinan aktif mulai.
6.
Mendapatkan kelahiran
dari bayi sesuai usia gestasi yang tepat.
7.
Profesionalisasi dapat memberikan bantuan atau tindakan yang
tepat.
|
5.
|
Gangguan psikologis,
ansietas berhubungan dengan situasi kritis atau mengancam pada status
kesehatan maternal atau janin.
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien tenang.
KH:
· Mengungkap-kan kesadaran
tentang perasaan mengenai diabetes dan persalinan.
· Menggunakan strategi koping
yang tepat
|
1. Atur keberadaan perawat secara kontinu selama
persalinan.
2. Pastikan respon yang ada pada persalinan dan
penatalaksanaan medis. Kaji keefektifan sistem pendukung.
3. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
4. Jelaskan semua prosedur tindakan perawatan.
5. Fasilitasi semua keluhan atas ungkapan perasaan.
6. Informasikan kepada keluarga tentang kemajuan
persalinan dan keadaan janin.
|
1.
Meningkatkan kontinuitas
asuhan. Pasien dan keluarga perlu mengetahui bahwa mereka tidak sendiri dan
tersedianya tenaga bantuan dengan segera.
2.
Memberikan pengkajian
dasar untuk perbandingan selanjutnya, mengidentifikasi kekuatan dan masalah
yang potensial.
3.
Memberikan perasaan
kontrol terhadap situasi.
4.
Pengetahuan tentang apa
yang terjadi membantu menurunkan rasa takut.
5. Suasana terbuka dan mendukung menurunkan intimidasi
karena prosedur atau peralatan.
6.
Membantu untuk
menghilangkan atau meminimalkan rasa khawatir dan mengembangkan rasa percaya.
|
6.
|
Kurang pengetahuan tentang
kondisi diabetik, prognosa dan kebutuhan tindakan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber
informasi.
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pengetahuan pasien meningkat
terhadap penyakitnya.
KH:
· Berpartisipasi dalam
penatalaksana-an diabetes selam kehamilan.
· Mengungkap-kan pemahaman
tentang prosedur, tes laboratorium, dan aktivitas yang melibatkan
pengontrolan diabetes.
· Mendemon-strasikan kemahiran memantau sendiri dan
pemberian insulin.
|
1.
Kaji pengetahuan tentang
proses dan tindakan terhadap penyakit dari klien.
2. Berikan informasi tentang cara kerja dan efek merugikan
dari insulin.
3. Berikan informasi tentang kebutuhan program latihan ringan.
Ingatkan untuk berhenti latihan bila glukosa melebihi 300mg/dl.
4. Berikan informasi mengenai dampak kehamilan pada
kondisi diabetik dan harapan masa datang.
5. Anjurkan klien mempertahankan pengkajian harian dirumah
terhadap kadar glukosa serum, dosis insulin, diet, latihan, reaksi, perasaan
umum tentang kesejahteraan, dan pemikiran lain yang berhubungan.
6. Bantu klien/ keluarga untuk mempelajari pemberian glukagon.
7. Tinjau kadar Hb atau Ht.
8. Jelaskan penambahan berat badan normal pada klien. Anjurkan
klien memantau penambahan berat badannya sendiri dirumah diantara waktu
kunjungan. Penambahan
total pada trimester pertama harus 2,5-4,5 Ib [1,1-2 kg] kemudian 0,8-0,9
Ib/mgg[360-400 g/mgg]setelahnya.
|
1.
Keputusan berdasarkan
informasi dapat dibuat hanya bila terdapat pemahaman yang jelas tentang
proses penyakit dan rasional penatalaksanaannya
2.
Perubahan metabolik prenatal menyebabkan kebutuhan insulin
berubah.
3.
Klien harus latihan setelah makan ntuk membantu mencegah
hipoglikemia dan menstabilkan penyimpanan glukosa, kecuali terjadi
peningkatan glukosa berlebih dimana latihan dapat menyebabkan ketoasidosis
4.
Peningkatan pengetahuan dapat menurunkan rasa takut tentang
ketidaktahuan, meningkatkan kemungkinan kerjasama, dan dapat membantu
menurunkan komplikasi janin.
5.
Bila ditinjau ulang oleh
praktisi pemberi perawatan, catatan harian klien dapat membantu bagi evalusi
dan perubahan terapi.
6.
Adanya gejala-gejala hipoglikemia dengan kadar glukosa
darah di bawah 70 mg/ dl memerlukan intervensi segera.
7.
Anemia lebih diperhatikan pada klien dengan diabetes
yang ada sebelumnya kerana peningkatan kadar glukosa menggantikan oksigen
pada molekul Hb mengakibatkan penurunan kapasitas pembawa oksigen.
8.
Pembatasan kalori dengan akibat ketonemia dapat
menyebakan kerusakan janin dan menghambat penggunaan protein optimal.
|
BAB III
ANALISA KASUS
A. Uraian
Kasus
Seorang perempuan, berusia 27 tahun, G2P1A1, hamil 4
minggu datang ke RSUD Arifin Achmad untuk mengontrolkan kehamilannya. Dari
hasil wawancara didapatkan
bahwa kunjungan ini merupakan kunjungan pertamanya karena biasanya kontrol ke rumah bidan. Akhir-akhir ini ibu merasakan
pusing, badannya lemah dan mudah capek, ia mendapatkan gula darahnya
(glukosanya) menurun. Dari
riwayat terdahulu dikatakannya bahwa klien merupakan penderita diabetes sudah
lama bergantung pada insulin, oleh karena klien mampu sendiri mengukur glukosanya. Kehamilan pertamanya diterminasi melalui aborsi spontan
pada usia enam minggu. Dia takut jika kehamilan kali ini akan berakhir juga
dengan keguguran, ia menjadi cemas untuk memulai perawatan prenatal dan
mengungkapkan keinginannya untuk mempelajari semua hal tentang diabetes pada
ibu hamil sehingga diri dan bayi dapat diselamatkan. Program dietnya sebelum
hamil adalah ADA 2000 kalori, karena tidak nafsu makan, maka mengalami
kesulitan untuk mempertahankan asupan makanan. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan TD: 180/100 mmHg, Nadi 80x/menit, Pernapasan 20x/menit, proteinuria
(+2). Pemeriksaan laboratorium didapatkan gula darah puasa Ny.N didapatkan
hasil 190mg/dl.
B. Pengkajian
1. Identitas Klien
a.
Nama:
Ny. N
b.
Usia: 27
tahun
c.
Status
kehamilan: G2P1A1
d.
Usia kehamilan: Hamil 4 minggu
e.
Program dietnya sebelum hamil: 2000 kalori
f.
Data
tambahan yang perlu dikaji yaitu: pendidikan dan pekerjaan
b. Riwayat Kesehatan Pasien
1. Keluhan
utama: kadar gula darahnya (glukosa) menurun
2.
Riwayat
kesehatan dahulu: kehamilan pertama mengalami aborsi spontan pada usia enam
minggu dan diabetes.
3.
Riwayat
penyakit sekarang: klien cemas dan takut kehamilannya mengalami keguguran
seperti kehamilan pertama, klien tidak nafsu makan.
4.
Pemeriksaan
fisik
Tekanan
darah: 180/100, denyut nadi: 80 x/menit, frekuensi pernafasan: 20 x/menit, proteinuria:
+2, kadar gula darah puasa: 190mg/dl
C. WOC
Kasus
(Mitayani, 2009)
D.
Analisa Data
Data
Subjektif
-
Klien
mengatakan tidak nafsu makan
-
Klien
mengatakan mengalami kesulitan untuk mempertahankan asupan makanan
-
Program dietnya
sebelum hamil: 2000 kalori
-
Klien mengatakan ia takut jika kehamilan kali
ini akan berakhir juga dengan keguguran
-
Klien
mengatakan ia menjadi cemas memulai perawatan prenatal
-
Klien
mengatakan ingin mempelajari semua hal tentang diabetes pada ibu hamil sehingga
diri dan bayinya dapat diselamatkan
Data Objektif
-
Klien tampak cemas
-
Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan TD: 180/100 mmHg, Nadi 80x/menit, Pernapasan
20x/menit, proteinuria (+2).
-
Hasil
pemeriksaan laboratorium, gula darah puasa Ny.N didapatkan hasil 190mg/dl.
Analisa data
|
Etiologi
|
Masalah Keperawatan
|
|||||||||||||||
DS:
-
Klien mengatakan tidak
nafsu makan
-
Klien mengatakan
mengalami kesulitan untuk mempertahankan asupan makanan
-
Program dietnya sebelum
hamil: 2000 kalori
DO (data tambahan yang mendukung diagnosa):
-
Berat badan sebelum
kehamilan
-
Mual dan muntah
-
Konjungtiva anemis
-
LILA
|
Kehamilan
Sel beta pankreas
rusak/terganggu
Produksi insulin
meningkat
Hiperglikemi
Tidak nafsu makan
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
|
Perubahan nutrisi kurang
dri kebutuhan tubuh
|
|||||||||||||||
DS (data tambahan yang
mendukung diagnosa):
-
Klien mengatakan lemah,
pusing, lelah, penglihatan kabur, dan sakit kepala.
DO:
-
Hasil pemeriksaan
laboratorium, gula darah puasa Ny.N didapatkan hasil 190mg/dl.
-
Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan TD: 180/100 mmHg, Nadi 80x/menit, Pernapasan 20x/menit,
proteinuria (+2).
|
Kehamilan
Sel beta pankreas
rusak/terganggu
Produksi insulin
meningkat
Hiperglikemi
Resiko tinggi cidera
maternal
|
Resiko tinggi cedera
maternal
|
|||||||||||||||
DS:
-
Klien mengatakan ia
takut jika kehamilan kali ini akan berakhir juga dengan keguguran
-
Klien mengatakan ia
menjadi cemas memulai perawatan prenatal
DO:
-
Klien tampak cemas
-
Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan TD: 180/100 mmHg, Nadi 80x/menit, Pernapasan 20x/menit.
-
Hasil pemeriksaan
laboratorium, gula darah puasa Ny.N didapatkan hasil 190mg/dl.
|
Diabetes dalam kehamilan
Kurang informasi
mengenai penyakit
Ansietas
|
Ansietas
|
|||||||||||||||
DS:
-
Klien mengatakan ingin
mempelajari semua hal tentang diabetes pada ibu hamil sehingga diri dan
bayinya dapat diselamatkan
DO:
-
Klien tampak cemas
|
Diabetes dalam kehamilan
Kurang informasi
mengenai penyakit
Kurang pengetahuan
|
Kurang pengetahuan
|
E. Diagnosa Keperawatan:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrien dengan
tepat.
2. Risiko tinggi cedera
maternal yang berhubungan dengan perubahan pada kontrol diabetik, profil darah
abnormal atau anemia hipoksia jaringan, dan perubahan imun.
3. Gangguan psikologis, ansietas berhubungan
dengan situasi kritis atau mengancam pada status kesehatan maternal atau janin.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik,
prognosa dan kebutuhan tindakan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi, kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
F. Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan
nutrien dengan tepat.
|
Tujuan: kebutuhan nutrisi Ny. N terpenuhi
Kriteria hasil:
-
Ibu akan mempertahan-kan
glukosa darah puasa antara 60-100 mg/dl
-
Kadar kalori klien
mencapai 2300-2500 KK
-
Ibu akan sering
mengungkapkan pemahaman tentang aturan individu dan kebutuhan pemantauan
diri.
|
1. Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam
2. Tinjau ulang pentingnya makan kudapan yang teratur bila
menggunakan insulin
3. Bila terjadi hipoglikemia asimtomtik, atasi dengan
segelas susu dan ulangi tiap 15 menit bila kadar glukosa serum tetap di bawah
70 mg/dl.
Kolaborasi:
1.
Diskusikan dosis,
jadwal, dan tipe insulin.
2. Sesuai diet dan konseling pertanyaan mengenai diet yang
dianjurkan.
3. Rujuk pada ahli diet dan konseling pertanyaan mengenai
diet yang dianjurkan.
4. Tentukan hasil HbAIc setiap 2-4 minggu.
|
1.
Membantu dalam
mengevaluasi pemahaman ibu tentang diet dan atau pentingnya menaati aturan
makan
2.
Makan sedikit dan sering
untuk menghindari hipoglikemia dan kelaparan.
3.
Mual dan muntah dapat
mengakibatkan defisiensi karbohidrat yang dapt menimbulkan metabolisme lemak
dan terjadi ketosis.
1. Penggunaan jumlah besar karbohidrat sederhana untuk
mengatasi hipoglikemia menyebabkan nilai glukosa darah meningkat cepat.
Kombinasi karbohidrat dengan protein mempertahankan normaoglikemia lebih lama
dan membantu mempertahankan stabilitas glukosa sepanjang hari.
2. Pembagian dosis mempertimbangkan kebutuhan maternal dan
rasio waktu makan terhadap makanan dan memungkinkan kebebasan dalam
menjadwalkan makanan. Dosis total setiap hari berdasarkan usia gestasi, berat
badan ibu dan kadar glukosa serum.
3. Kebutuhan metabolik pranatal berubah setiap trimester
dan penyesuaian ditentukan oleh penambahan berat badan dan tes laboratorium.
Diet spesifik pada individu diperlukan untuk mempertahankan normoglikemia dan
mendapatkan berat badan yang diinginkan.
4.
Memberikan keakuratan
gambaran rata-rata kontrol glukosa serum selama 60 hari.
|
2. Risiko tinggi cedera maternal yang berhubungan dengan
perubahan pada kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia hipoksia
jaringan, dan perubahan imun.
|
Tujuan: mencegah terjadinya cedera pada ibu
Kriteria hasil:
-
Ibu tetap normotensif
-
Ibu tetap mempertahan-kan
normoglikemia
|
1.
Perhatikan
klasifikasi White untuk diabetes, kaji derajat kontrol diabetik.
2.
Kaji kondisi ibu
terhadap perdarahan vagina dan nyeri tekan abdomen
3.
Kaji adanya edema.
4.
Tentukan tingginya fundus,
periksa adanya edema pada ekstremitas dan dispnea.
5.
Kaji dan tinjau ulang
tanda dan gejala infeksi saluran kemih (ISK).
Kolaborasi:
1.
Pantau kadar glukosa
setiap kunjungan.
2.
Kaki Hb/Ht pada setiap
kunjungan awal kemudian selama trimester kedua dan pada kehamilan aterm.
3.
Instruksiskan pemberian
insulin sesuai kebutuhan.
4.
Dapatkan urinalitas dan
kultur urine, berikan antibiotik sesuai indikasi.
5.
Kumpulkan spesimen untuk
ekskresi protein total, ibus, keratinin nitrogen, urea darah, dan kadar asam
urat.
6.
Siapkan ibu untuk
melakukan USG pada usia gestasi minggu ke-8, 12, 28, dan 38 kehamilan untuk
menentukan ukuran janin dengan menggunakan diamenter biparietal, panjang
femur, dan perkiraan berat badan janin.
|
1.
Ibu yang
diklasifikasikan memiliki diabetes tipe D, E, F memiliki risiko tinggi
mengalami komplikasi.
2.
Perubahan vaskular yang
dihubungkan dengan diabetes menetapkan ibu pada risiko abrupsio plasenta.
3.
Ibu diabetik cenderung
kelebihan retensi cairan dan hipertensi karena kehamilan (HKK) akibat perubahan vaskular.
4.
Hidramnion terjadi dalam
6-25% ibu diabetik yang hamil. Hal ini terjadi kemungkinan berhubungan dengan
peningkatan kontribusi janin pada cairan amnion karena hiperglikemia
meningkatkan pengeluaran urine janin.
5.
Deteksi awal ISK dapat mencegah
pielonefritis yang memperberat persalinan.
1.
Mendeteksi ancaman
ketoasidosis.
2.
Anemia mungkin ada pada
ibu dengan masalah vaskular.
3.
Kebutuhan insulin selama
kehamilan tidak sama jumlahnya.
4.
Membantu mencegah atau
mengatasi pielonefritis.
5.
Kemungkinan perubahan
vaskular dapat merusak fungsi ginjal pada ibu dengan diabetes berat.
6.
Ibu berisiko tinggi
terhadap CPD dan distosia karena makrosomia.
|
3. Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan
situasi kritis atau mengancam pada status kesehatan maternal atau janin.
|
Tujuan: kecemasan klien teratasi
Kriteria hasil:
- Mengungkapkan kesadaran tentang perasaan mengenai
diabetes dan persalinan.
- Menggunakan strategi koping yang tepat
|
1. Atur keberadaan perawat secara kontinu selama
persalinan.
2. Pastikan respon yang ada pada pesalinan dan
penatalaksanaan medis. Kaji keefektifan sistem pendukung.
3. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
4. Jelaskan semua prosedur tindakan perawatan
5. Fasilitasi semua keluhan atas ungkapan perasaan
6. Informasikan kepada keluarga tentang kemajuan
persalinan dan keadaan janin.
|
1. Meningkatkan kontinuitas asuhan. Pasien dan keluarga
perlu mengetahui bahwa mereka tidak sendiri dan tersedianya tenaga bantuan
dengan segera.
2. Memberikan pengkajian dasar untuk perbandingan selanjutnya,
mengidentifikasi kekuatan dan masalah yang potensial.
3. Memberikan perasaan kontrol terhadap situasi.
4. Pengetahuan tentang apa yang terjadi membantu
menurunkan rasa takut.
5. Suasana terbuka dan mendukung menurunkan intimidasi
karena prosedur atau peralatan.
6. Membantu untuk menghilangkan atau meminimalkan rasa
khawatir dan mengembangkan rasa percaya.
|
4.Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa
dan kebutuhan tindakan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi,
kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber informasi
|
Tujuan: meningkatkan pengetahuan klien mengenai
penyakit yang dialami klien
Kriteria hasil:
- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selam
kehamilan.
- Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes
laboratorium, dan aktivitas yang melibatkan pengontrolan diabetes
- Mendemonstrasi-kan
kemahiran memantau sendiri dan pemberian insulin
|
1. Kaji pengetahuan tentang proses dan tindakan terhadap
penyakit dari klien.
2. Berikan informasi tentang cara kerja dan efek merugikan
dari insulin.
3. Berikan informasi tentang kebutuhan program latihan
eingan. Ingatkan untuk berhenti latihan bila glukosa melebihi 300mg/dl.
4. Berikan informasi mengenai dampak kehamilan pada
kondisi diabetic dan harapan masa datang.
5. Anjurkan klien mempertahankan pengkajian harian dirumah
terhadap kadar glukosa serum, dosis insulin, diet, latihan, reaksi, perasaan
umum tentang kesejahteraan, dan pemikiran lain yang berhubungan.
6. Bantu klien/ keluarga untuk mempelajari pemberian
glucagon.
7. Tinjau kadar Hb atau Ht.
8.
Jelaskan penambahan
berat badan normal pada klien. anjurkan klien memantau penambahan berat
badannya sendiri dirumah diantara waktu kunjungan. Penambahan
total pada trimester pertama harus 2,5-4,5 Ib [1,1-2 kg] kemudian 0,8-0,9
Ib/mgg[360-400 g/mgg]setelahnya
|
1. Keputusan berdasarkan informasi dapat dibuat hanya bila
terdapat pemahaman yang jelas tentang proses penyakit dan rasional penatalaksanaan-nya.
2. Perubahan metabolic prenatal menyebabkan kebutuhan
insulin berubah
3. Klien harus latihan setelah makan ntuk membantu
mencegah hipoglikemia dan menstabilkan penyimpanan glukosa, kecuali terjadi
peningkatan glukosa berlebih dimana latihan dapat menyebabkan ketoasidosis
4. Peningkatan pengetahuan dapat menurunkan rasa takut tentang
ketidaktahuan, meningkatkan kemungkinan kerjasama, dan dapat membantu
menurunkan komplikasi janin.
5. Bila ditinjau ulang oleh praktisi pemberi perawatan,
catatan harian klien dapat membantu bagi evalusi dan perubahan terapi.
6. Adanya gejala-gejal hipoglikemia
dengan kadar glukosa darah di bawah 70 mg/ dl memerlukan intervensi segera
7. Anemia lebih diperhatikan
pada klien dengan diabetes yang ada sebelumnya kerana peningkatan kadar
glukosa menggantikan oksigen pada molekul Hb mengakibatkan penurunan kapasitas
pembawa oksigen.
8.
Pembatasan
kalori dengan akibat ketonemia dapat menyebakan kerusakan janin dan
menghambat penggunaan protein optimal
|