Kamis, 29 November 2012

Diabates Mellitus Gestasional


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Disamping menunjukkan derajat kesehatan masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, dan keracunan kehamilan. Penyebab kematian langsung tersebut tidak dapat sepenuhnya dimengerti tanpa memperhatikan latar belakang (underlying factor) yang mana bersifat medik maupun non medik. Diantara factor non medik dapat disebut keadaan kesejahteraan ekonomi keluarga, pendidikan, ibu, lingkungan hidup, perilaku dan lain-lain.
            Diabetes Mellitus (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trisemester pertama kadar glukosa akan turun antara 55%-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
            Di Indonesia DMG sekitar 1,9%-3,6% dan sekitar 40%-60% wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial. Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah melebihi 200 mg%. jika didapatkan nilai dibawah 100mg% berarti bukan DM, dan bila nilainya di antara 100-200mg% belum pasti DM. Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glukosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan toleransi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2% dari semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan kecenderungan orang dengan gangguan toleransi glukosa, 25% kemungkinan akan berkembang menjadi DM. Diabetes Mellitus Gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan professional, karena dapat mempengaruhi kehidupan janin atau bayi di masa yang akan dating, juga saat persalinan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes gestasional?

C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes gestasional.


























BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
   Diabetes mellitus gestasional didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat dengan berbagai tingkat keparahannya, yang awitannya atau pertama kali dikenali selama masa hamil saat ini (ADA, 1990 dalam Bobak, 2005). Walaupun GDM hilang pada akhir kehamilan, ada kemungkinan besar GDM terjadi lagi pada kehamilan berikutnya.
       Diabetes mellitus gestasional adalah gangguan kronik yang ditandai dengan hiperglikemia yang disertai abnormalitas utama pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein (Morgan & Hamilton, 2009).
   Diabetes mellitus pragestasional adalah diabetes yang telah terjadi sebelum konsepsi dan terus berlanjut setelah masa hamil. Diabetes pragestasional dapat berupa diabetes tipe I (tergantung insulin) atau diabetes tipe II (tidak tergantung insulin), yang mungkin disertai atau tidak disertai penyakit vaskuler, retinopati, nefropati, dan komplikasi diabetik lain. Individu yang menderita diabetes tipe II dianggap tergantung insulin selama masa hamil karena pemberian masa agens hipoglikemi oral harus dihentikan akibat efek potensialnya pada janin (Bobak, 2005).

B. Klasifikasi
   Diabetes dikelompokkan dalam tiga tipe utama oleh institut nasional kesehatan (ADA, 1990), yaitu:
1.   Tipe I: IDDM
Diabetes ini tergantung pada insulin, sel-sel beta pankreas di pulau langerhans pada dasarnya tidak memproduksi insulin.
2.   Tipe II: NIDDM
Diabetes ini tidak tergantung pada insulin, sel-sel beta pankreas di pulau langerhans tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan insulin yang terus-menerus atau pada saat stres terjadi.
3.   Tipe III: Diabetes gestasi
Pada diabetes ini terjadi intoleransi karbohidrat selama masa hamil tanpa memperhatikan tingkat keparahan.

Diabetes merupakan komplikasi medik yang sering terjadi pada kehamilan ada dua macam perempuan hamil dengan diabetes, yaitu:
1.   Diabetes Pragestasional
Perempuan hamil dengan diabetes yang sudah diketahui sejak sebelum hamil.
2.   Diabetes Gastasional
Perempuan hamil dengan diabetes yang baru diketahui setelah perempuan itu hamil.

Diabetes pada masa hamil lebih jauh dikategorikan dengan sistem klasifikasi White dan tingkat keparahan perubahan vaskuler yang telah terjadi (White, 1978). Klasifikasi ini membantu para tenaga kesehatan mengidentifikasi wanita diabetik yang memiliki resiko lebih tinggi selama masa hamil. Klasifikasi diabetes mellitus selama masa hamil antara lain:
Kelas
Karakteristik
Intoleransi glukosa pada masa hamil
Toleransi glukosa abnormal selama masa hamil; hiperglikemia pasca prandial selama hamil
A
Diabetes kimiawi yang didiagnosis sebelum masa hamil; diatasi hanya melalui upaya diet, awitan dapat terjadi di usia berapapun
B
Terapi insulin dilakukan sebelum masa hamil; awitan pada usia 20 tahun atau lebih, durasi kurang dari 10 tahun
C
Awitan pada usia 10-20 tahun atau durasi 10-20 tahun
D
Awitan sebelum usia 10 tahun, atau durasi>20 tahun atau hipertensi kronis
F
Nefropati diabetic disertai proteinuria
H
Penyakit arteri koroner
R
Retinopati proliferative

        Meskupun klasifikasi White telah digunakan selama bertahun-tahun, tetapi sekarang diakui bahwa dengan penatalaksanaan yang tepat, tidak ada perbedaan yang berarti pada kelompok individu kecuali untuk tipe F, H, dan R akan menghasilkan buah kehamilan yang kurang baik. Riset telah berulang kali memperlihatkan bahwa factor utama yang mempengaruhi buah kehamilan adalah derajat pengendalian glikemik maternal (Jovanovic-Peterson, 1988).
C. Etiologi
Diabetes mellitus selama kehamilan yang terjadi disebabkan karena kurangnya jumlah jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran sel.

D. Patofisiologi
   Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah) diakibatkan karena produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler. Insulin-insulin yang diproduksi sel-sel beta pulau langerhans di pankreas bertanggung jawab mentransfer glukosa ke dalam sel. Apabila insulin tidak cukup atau tidak efektif, glukosa berakumulasi dalam aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas dalam darah yang menarik cairan intrasel ke dalam sitem vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan volume darah. Akibatnya ginjal menyekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya untuk mengatur kelebihan volume darah dan menyekresi glukosa yang tidak digunakan. Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa haus berlebihan (polidipsi). Penurunan berat badan akibat pemecahan lemak dan jaringan otot, pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa lapar yang membuat individu makan secara berlebihan (polifalgia). Diabetes Gestasional intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan ke dalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan dan hormone chorionic somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkatkan suplai asam amino dan glukosa ke fetus.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnay dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya reabsorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan  insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal, hal ini disebut sebagai tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ditambah dengan insulin eksogen tidak mudah menjadi hipoglikemi, akan tetapi bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ibu relatif hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan dimana jumlah fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal yang menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi. Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya).

E. Web of Caution (WOC) Diabetes Gestasional




















Rounded Rectangle: Resti trauma
Rounded Rectangle: Kekurangan volume cairan dan elektrolit




 































(Mitayani, 2009)

F. Manifestasi Klinik
       Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah melebihi 160-180 mg/dl maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih. Tanda dan gejala diabetes mellitus pada kehamilan adalah sebagai berikut:
1.      Poliuria
Jika kadar glukosa darah tinggi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah berlebihan sehingga penderita sering berkemih dalam jumlah banyak.
2.      Polidipsi
Polidipsi sebagai kompensasi dari sering berkemih karena tubuh banyak kiehilangan cairan maka tubuh akan memberi sinyal rasa haus, selain itu kadar glukosa darah yang tinggi menyebabkan darah semakin pekat, maka tubuh membutuhkan mekanisme pengencer dari air minum.
3.      Polifagi
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih sehingga penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini, penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa sehingga banyak makan
4.      Mudah lelah
Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan tubuh selama melakukan olahraga. Penderita diabetes yang gula darahnya kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi.
5.      Ketoasidosis
Pada diabetes tipe I, terjadi suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosi diabetikum. Meskipun kadar gula darah di dalam darah tinggi tetapi sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin sehingga sel-sel ini mengambil energi dari sumber lain. Sel lemak dan menghasilkan keton yang merupakan senyawa kimia beracun yang menyebabkan darah menjadi racun (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis  diabetikum adalah rasa haus dan berkemih berlebihan, mual, muntah, leleh, dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernapasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha memperbaiki keasaman darah.

G. Pemeriksaan Diagnostik
            1. Pemeriksaan Urin Lengkap
                 Untuk mengetahui apakah ada kandungan glukosa pada urin sehingga menunjang untuk ditegakkannya diagnose DMG pada ibu hamil.
2. Pemeriksaan Darah
     Kadar gula darah untuk mendeteksi adanya DM atau tidak.
3. Pemeriksaan Kadar Kolesterol Trigliserida
     Makanan yang banyak mengandung kolesterol harus dikurangi pada wanita hamil karena ini hanya memperburuk keadaan jika ibu tersebut DMG.
4. Pemeriksaan infeksi TORCH
     Untuk mendeteksi apakah ibu hamil tersebut mengalami infeksi pada trisemster pertama, karena apabila terjadi infeksi maka janin akan mengalami cacat bawaan.
           
H. Pengaruh Diabetes pada Kehamilan
1. Pengaruh Diabetes terhadap Ibu
                    Wanita diabetik yang hamil memiliki resiko komplikasi. Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum konsepsi dan selama masa hamil. Komplikasi maternal sebelumnya terjadi sehubungan dengan kehamilan diabetik yang meliputi hal-hal di bawah ini:
a.    Aborsi spontan
Terjadi lebih sering di antara wanita diabetik dan aborsi ini berhubungan dengan kontrol glikemia yang buruk pada saat konsepsi dan pada minggu-minggu awal kehamilan (Combs, Kitzmiller, 1991; Rosenn, dkk, 1991 dalam Bobak, 2005).
b.   Hipertensi akibat kehamilan atau preeklamsia
Terjadi dua kali lebih sering masa hamil diabetic. Insiden tertinggi terjadi pada wanita yang sebelumnya mengalami perubahan vascular terkait dengan diabetes (Cunningham, dkk., 1993; Meyer, Palmer 1990 dalam Boba, 2005).
c.    Hidroamnion
Suatu kelebihan cairan amniotic sebesar 2000 ml. terjadi sekitar 10 kali lebih sering dengan kehamilan bukan diabetik. Hidroamnion menyebabkan distensi uterus berlebihan, meningkatkan resiko ruptur membrann yang prematur, persalinan prematur, dan hemoragi pascapartum.
d.   Infeksi
Lebih umum terjadi dan lebih berat pada wanita diabetik yang hamil. Infeksi vagina khususnya vaginitis monilial, lebih umum terjadi. Infeksi traktius urinarius, yang umum terjadi selama masa hamil dan lebih sering terjadi pada wanita diabetik yang hamil kemungkinan berhubungan dengan glikosuria. Infeksi ini dapat mempresipitasi persalinan prematur.
e.    Ketoasidosis
Ketoasidosis dapat mengancam kehidupan ibu dan janin. Ketoasidosis terjadi paling sering selama trimester kedua dan ketiga, yakni saat efek diabetogenik pada kehamilan paling besar karena resistensi insulin meningkat. Ketoasidosis adalah konsekuensi hiperglikemia yang tidak diobati yang pada umumnya disebabkan oleh infeksi atau penyakit maternal atau dosis insulin yang tidak tepat. Hiperglikemia terjadi glukosa tidak dapat ditranspor ke dalam sel-sel karena tidak tersedia cukup insulin. Karena tidak dapat menggunakan glukosa untuk menghasilkan energi, tubuh mulai memecah lemak,  badan keton diproduksi oleh hati dan berakumulasi di dalam darah (ketosis) dan dibuang ke dalam urin (ketonuria). Karena ketosis meningkat, asidosis metabolic terjadi akibat efek keton yang menurunkan kadar PH. Jumlah cairan yang besar hilang akibat diuresis osmotik, yang disebabkan dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit. Terapi yang cepat dibutuhkan untuk menghindari koma dan kematian pada ibu. Ketoasisdosis yang terjadi pada suatu saat di sepanjang masa hamil, dapat menyebabkan kematian janin intra uterin. Mortalitas perinatal dapat mencapai 50%-80% jika disertai ketoasidosis pada ibu (Gbbe,1990; Harvey, 1992 dalam Boba 2005).
Walaupun kontrol glikemia secara ketat merupakan tujuan penatalaksanaan kehamilan diabetik tetapi resiko hipoglikemia meningkat (Langford, Bortholomew, 1992). Hipoglikemia biasanya disebabkan insulin yang berlebih, makan terlambat atau tidak makan, atau latihan yang terlalu berat. Selama trimester pertama, saat kadar glukosa secara khas berada di bawah normal, hipoglikemia sering terjadi. Pada kehamilan lanjut, akibat penyesuaian dosis insulin untuk mempertahankan kontrol glikemia, hipoglikemia juga dapat terjadi. Efek hipoglikemia selama trimester pertama dapat menimbulkan efek-efek kongenital pada janin.

2. Pengaruh Diabetes terhadap Janin
a.    Sering terjadi abortus
b.   Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
c.    Dapat terjadi cacat bawaan
d.   Dismaturitas
e.    Janin besar atau makrosomia
f.    Kematiaan neonatal tinggi
g.   Setelah lahir dapat terjadi kelainan neurologik dan psikologi

3. Pengaruh Diabetes terhadap Persalinan
a.    Inersia uteri dan atonia uteri
b.   Distosia karena janin (anak besar, bahu lebar)
c.    Kelahiran mati
d.   Persalinan lebih sering ditolong secara operasi
e.    Angka kejadian perdarahan dan infeksi tinggi
f.    Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi
4. Pengaruh Diabetes terhadap Nifas
a.    Perdarahan dan infeksi puerperal lebih tinggi
b.   Luka-luka jalan lahir lambat pulih/sembuh

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kehamilan diabetik merupakan suatu proses yang kompleks diantaranya wanita perlu memiliki pengetahuan tentang program terapi dan peka terhadap perubahan yang dapat terjadi sehingga ia dapat berespon dengan tepat. Walaupun mungkin wanita memilki sedikit pengetahuan dan pengalaman tentang berbagai aspek keperawatan diabetik yang mencakup diet, insulin, latihan fisik, pemantauan glukosa darah yang membutuhkan bantuan dari perawat untuk memahami dampak kehamilan pada diabetes sehingga ia dapat melaksanakan perawatannya dengan efektif.
1.      Diet
   Penatalaksanaan diet pada wanita diabetik selama masa hamil harus dilandaskan pada kadar glukosa darah (bukan glukosa urin). Konseling nutrisi yang diselenggarakan oleh ahli gizi. Diet disesuaikan dengan kebutuhan individu sehingga dapat memungkinkan peningkatan kebutuhan metabolik dan kebutuhan janin dengan pertimbangan faktor-faktor seperti: berat badan pra kehamilan dan kebiasaan diet, kesehatan secara keseluruhan, latar belakang etnik dan gaya hidup, tahap kehamilan, pengetahuan tentang nutrisi dan terapi insulin.
Adapun penatalaksanaan diet pada kehamilan diabetik yang dapat dilakukan dirumah:
a.       Ikuti rencana diet yang diprogramkan
b.      Konsumsi diet seimbang termasuk kebutuhan makanan harian untuk kehamilan normal
c.       Bagi asupan makanan harian dalam 3 kali waktu makan dan 2-4 kali cemilan sesuaikan kebutuhan individu
d.      Konsumsi cemilan dalam jumlah yang cukup sebelum tidur untuk mencegah penurunan kadar glukosa darah pada malam hari
e.       Batasi asupan lemak jika penambahan berat badan terlalu cepat
f.       Konsumsi vitamin dan zat besi harian sesuai yang diprogramkan dokter
g.      Hindari makanan yang kandungan gula murninya tinggi
h.      Makan secara konsisten setiap hari, jangan pernah melewatkan waktu makan atau cemilan
i.        Kurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol
j.        Makan makanan yang kandungan seratnya tinggi
k.      Hindari alkohol dan kafein.

2. Pemantauan kadar glukosa darah   
Kadar glukosa darah diukur sebelum makan atau sebelum makan cemilan, 2 jam setelah makan dan sebelum tidur walaupun mengukur glukosa yang lebih jarang dapat dilakukan sesuai pengontrolan glikemia wanita tersebut. Wanita dianjurkan memeriksa kadar glukosanya setiap kali muncul tanda hipoglikemia atau hiperglikemianya.
               Rentang target kadar glukosa darah selama masa hamil adalah sebagai berikut:
Rentang Target (ml/dl) Darah
Kadar Glukosa
Sebelum sarapan
60 sampai 90
Sebelum makan, makan malam, dan sebelum tidur
60 sampai 105
2 jam setelah makan
60 sampai 120

3. Pemeriksaan urin
          Pemeriksaan ini dilakukan saat bangun tidur dan setiap kali makan atau cemilan tertunda. Apabila terjadi ketonuria, asupan karbohidrat harus dengan hati-hati ditingkatkan atau dapat ditambahkan cemilan lain ke dalam rencana makan sehari-hari (Jovanovic-Peterson, Peterson, 1992 dalam Bobak, 2005).

4.      Terapi insulin
          Insulin manusia biosintesis dianjurkan untuk diberikan kepada wanita hamil karena insulin ini mungkin menimbulkan reaksi alergi, jika dibandingkan dengan insulin yang berasal dari hewan (animal-base insulin). Jenis insulin yang diberikan selama masa hamil adalah insulin yang kerjanya intermediet (NPH dan lente) dan cepat atau teratur (Jovanic-Peterson, Peterson, 1992  dalam Bobak, 2005).
          Dosis insulin total harian ditetapkan berdasarkan minggu gestasi wanita dan berat tubuhnya. Kakulasi dosis awal ini kemudian diatur berdasarkan kebutuhan, sesuai kadar glukosa darah. Kebanyakan wanita diabetik tergantung insulin membutuhkan banyak injeksi setiap hari selama masa hamil. Suatu kombinasi insulin kerja intermediet dan insulin teratur (kerja pendek) sebelum sarapan dan pada waktu makan malam merupakan suatu program umur yang diberikan.

5.      Latihan fisik
    Latihan masa fisik selama masa hamil yang dikomplikasi diabetes agak kontrovensial, tetapi telah diakui bahwa latihan fisik meningkatkan penggunaan glukosa dan menurunkan kebutuhan insulin pada diabetes tipe II dan diabetes gestasional (Artal, 1992; Winn, Reece, 1989, dalam Bobak, 2005).
      Pada diabetes tipe I rencana latihan fisik wanita diprogramkan dengan bijaksana dan dipantau dengan ketat oleh tenaga perawatan kesehatan. Adapun latihan fisik yang dapat dilakukan di rumah untuk wanita hamil dengan diabetes pragestasi, antara lain:
a.       Rencana latihan fisik disesuaikan dengan keadaan individu dan harus dipantau oleh tenaga perawatan kesehatan.
b.      Pilih latihan fisik yang dapat dinikmati sehingga dapat dilakukan secara teratur.
c.       Latihan fisik tidak harus berupa latihan yang terlalu giat supaya dapat dilakukan dengan efektif.
d.      Hindari melakukan latihan fisi di lingkungan yang hangat.
e.       Waktu yang paling tepat untuk melakukan latihan fisik adalah setelah makan. Saat glukosa darah mulai meningkat.
f.       Pantau kadar glukosa darah sebelum, selama, dan setelah latihan fisik untuk menentukan variasi kadar glukosa.
g.      Jangan menyuntikkan insulin ke ekstremitas yang akan segera digunakan dalam latihan fisik.
f.    Supervise
Perawatan prenatal untuk wanita hamil yang menderita diabetes biasanya perlu dijadwalkan lebih sering daripada perawatan renatal untuk wanita hamil yang tidak menderita diabetes. Apabila terdapat pertanyaan tentang pengontrolan glikemia, kunjungan dijadwalkan minimum setap 2 minggu sekali selama 32 minggu pertama dan kemudian setiap minggu sampai bayi lahir.
g.   Hospitalisasi
Terlepas dari kemajuan dalam keperawatan, beberapa wanita mungkin membutuhkan hospitalisasi supaya dosis insulinnya dapat diatur dan kadar glukosanya dapat distabilkan. Dengan hospitalisasi, situasi dapat dikontrol untuk mengatur pemberian terapi insulin, sementara pengajaran intensif tentang pemberian insulin secara mandiri dan tentang pengaturan glukosa darah dapat diajarkan.
h.   Komplikasi
Untuk mencegah komplikasi, wanita sebaiknya tidak melakukan perjalanan tanpa menghubungi tenaga perawatan sebelumnya. Setiap kali jauh dari rumah, wanita tersebut harus membawa insulin, spuit, gula, kerja-cepat (fast-acting). Ia harus menggunakan gelang identifikasi setiap saat, juga akan sangat membantu jika wanita tersebut membawa daftar makanan pengganti.

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a.  RKD (Riwayat Kesehatan Dahulu)
·      Riwayat diabetes
·      Riwayat anak lahir besar
b.   Riwayat Kesehatan Keluarga
·      Adanya keluarga yang menderita DM
c.    Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
·      Ditemui adanya tanda-tanda DM, seperti polidipsi, polifagi, poliuri, dan lain-lain
d.   Saluran Urinarius
Dapat mengalami riwayat poliuria. Infeksi Saluran kemih (ISK), nefropati makanan dan cairan, polidipsia, polifagia, mual, muntah, serta penurunan berat badan.
e.    Keamanan
Integritas lengan, paha dapat berubah karena injeksi insulun yang sering, terdapat kerusakan penglihatan/retinopati, serta riwayat gejala-gejala infeksi dan atau positif terhadap infeksi perkemihan dan vagina.
f.    Sosial Ekonomi
Masalah faktor sosial ekonomi dapat meningkatkan risiko komplikasi, ketidakadekuatan, atau kurangnya sistem pendukung yang bertangggung jawab.
g.   Pemeriksaan Diagnostik

2. Diagnosa Keperawatan
             Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan untuk pasien yang mengalami diabetes gestasional, yaitu:
a.    Perubahan nutrisi kurang/lebih dari kebutuhan b.d. ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
b.   Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan dan tidak adekuatnya intake cairan.
c.    Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon umum.
d.   Resiko tinggi terhadap trauma, pertukaran gas pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uteri.
e.    Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi kritis atau mengancam pada status kesehatan maternal atau janin.
f.    Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa dan kebutuhan tindakan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber informasi

3. Perencanaan
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/ Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Perubahan nutrisi kurang/ lebih dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
KH:
·   Mempertahan-kan gkulosa darah puasa (FBS) antara 60-100 mg/dl, dan 1 jam postprandial tidak lebih dari 140 mg/dl
·   Mengungkap-kan pemahaman tentang aturan tindakan individu dan kebutuhan pemantauan diri yang sering
1.   Timbang BB klien setiap kunjungan prenatal.



2.   Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam.



3.   Tinjau ulang/ berikan informasi mengenai perubahan yang diperlukan pada penatalaksanaan diabetik.




4.   Tinjau ulang pentingnya makan dan kudapan yang teratur bila menggunakan insulin.


5.   Perhatikan adanya mual dan muntah, khususnya pada trimester pertama.






6.   Kaji pemahaman tentang efek stress pada diabetes.




7.   Ajarkan klien metode finger stick untuk memantau glukosa sendiri dengan menggunakan strip enzim dan meter reflektan.
8.   Anjurkan pemantauan keton urin pada saat terjaga dan bila rencana makan atau kudapan diperlambat.
Kolaborasi:
1.   Rujuk pada ahli diet terdaftar pada diet individu dan konseling pertanyaan mengenai diet.



2.   Pantau keadaan glukosa serum (FBS, preprandial, 1dan 2 jam postprandial) pada kunjungan awal kemudian sesuai kondisi klien.








3.      Tentukan hasil HbAic setiap 2-4 mgg.








4.      Siapkan untuk perawatan di rumah sakit bila diabetes tidak terkontrol
1.    Penambahan BB adalah kunci penunjuk untuk memutuskan penyesuaian kalori.
2.    Membantu dalam mengevaluasi pemahaman klien tentang mentaati aturan diet.
3.    Kebutuhan metabolisme dan janin/ maternal membutuhkan perubahan besar selama gestasi, memerlukan pemantauan ketat dan adaptasi.
4.    Makan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia postprandial dan ketosis puasa/ kelaparan.
5.    Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi karbohidrat, yang dapat menimbulkan metabolism lemak dan terjadinya ketosis.
6.    Stress dapat meningkatkan kadar glukosa, menciptakan fluktuasi kebutuhan insulin.
7.    Kebutuhan insulin sehari dapat dinilai berdasarkan temuan glukosa serum periodik.
8.    Ketidakcukupan masukan kalori ditunjukkan dengan ketonuria.

Kolaborasi:
1.    Diet spesifik pada individu perlu untuk mempertahankan normoglikemia, dan untuk mendapatkan penambahan berat badan yang diinginkan.
2.    Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir menurun bila kadar FBS direntang antara 60 dan 100 mg/dl, kadar prepandial antara 60 dan 105 mg/dl, 1 jam postprandial tetap rendah 140 mg/dl, dan 2 jam postprandial kurang dari 120 mg/dl.
3.    Memberikan keakuratan gambaran rata-rata kontrol glukosa serum selama 60 hari sebelumnya. Kontrol glukosa serum memerlukan waktu 6 minggu untuk stabil.
4.    Morbiditas bayi dihubungkan pada hiperinsulinemia janin karena hiperglikemia maternal.
2.
Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan dan tidak adekuatnya intake cairan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan keseimbangan cairan dan elektrolit.
KH:
·   Turgor kulit kembali normal
·   Membran mukosa lembab
·   BB stabil
·   Tanda vital dalam batas normal
1.      Kaji dan dokumentasikan turgor kulit, kondisi membran mukosa, TTV.




2.      Timbang BB setiap hari hari dengan menggunakan alat yang sama.




3.      Catat intake dan output secara adekuat.







4.      Jika klien mampu, anjurkan untuk mengkonsumsi cairan peroral dengan perlahan, dan tingkatkan jumlah cairan sesuai order.

5.      Tes urin terhadap aseton, albumin, dan glukosa.











Kolaborasi:
1.  Berikan cairan intravena sesuai order yang terdiri dari elektrolit, glukosa, dan vitamin.
1.    Pengkajian status cairan dan elekrolit yang akurat menjadi dasar rencana asuhan keperawatan dan evaluasi intervensi.
2.    Penimbangan berat badan perlu dilakukan secara rutin untuk mengetahui kesesuaian BB dengan umur kahamilan.
3.    Poliuri menyebabkan pasien banyak kehilangan cairan. Pengkajian output dan input yang tepat membantu menentukan tindakan.
4.    Mencegah kekurangan cairan dan memperbaikai keseimbangan asam basa, perubahan kadar elektrolit, dan hipovitaminosis.
5.    Menetapkan data dasar yang dilakukan secara rutin untuk mendeteksi situasi potensial risiko tinggi seperti ketidakadekuatan intake karbohidrat, diabetik ketoaidosis, dan hipertensi dalam kehamilan.
Kolaborasi:
1.   Selanjutnya guna mempertahankan kesimbangan asam-basa dan keadaan elektrolit yang tidak seimbang.
3.
Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon umum.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan cedera maternal tidak terjadi.

KH:
·   Tetap normotensif.
·   Mempertahan-kan normoglikemi.
·   Bebas dari komplikasi seperti infeksi, pemisahan plasenta.
1.   Perhatikan klasifikasi white untuk diabetes. Kaji derajat kontrol diabetik.



2.   Kaji perdarahan pervaginam dan nyeri tekan abdomen.


3.   Pantau terhadap tanda dan gejala persalinan preterm.





4.   Bantu untuk belajar memantau glukosa darah di rumah yang dilakukan 6 kali sehari.



5.   Periksa keton dalam urin setiap hari.






6.   Identifikasi kejadian hipoglikemia dan hiperglikemia.





















7.   Pantau adanya edema dan tentukan tinggi fundus uteri.













8.   Kaji adanya infeksi saluran kencing.



9.   Pantau dengan ketat bila obat tokolitik digunakan untuk menghentikan persalinan.
Kolaborasi:
1.   Pantau kadar glukosa serum setiap kunjungan.




2.   Dapatkan HbA1c setiap 2-4 minggu sesuai indikasi.


3.   Kaji Hb dan Ht pada kunjungan awal lalu selama trimester kedua dan preterm.
4.   Instruksikan pemberian insulin sesuai indikasi.






5.   Dapatkan urinalisa dan kultur urin, kultur rabas vagina, berikan antibiotika sesuai indikasi.





6.   Kumpulkan spesimen untuk ekskresi protein total, klirens kreatinin nitrogen urea darah dan kadar asam urat.

7.   Jadwalkan pemeriksaan oftalmologi selama trimester pertama, trimester kedua dan ketiga bila berada dalam diabetes klasifikasi kelas D atau diatasnya.




8.   Siapkan untuk ultrasonografi pada gestasi ke-8, 12, 26, 36 dan 38 untuk menentukan ukuran janin dengan menggunakan diameter biparietal, panjang femur dan perkiraan berat badan janin.
9.   Mulai terapi intra vena dengan dekstrose 5%, berikan glukogon sub cutan bila dirawat di rumah sakit dengan shock insulin dan tidak sadar. Ikuti dengan pemberian susu skim 8 oz bila mampu menelan.
1.   Klien dengan klasifikasi D, E atau F adalah berisiko tinggi terhadap komplikasi kehamilan.
2.   Perubahan vaskular yang dihubungkan dengan diabetes menandakan resiko. abrupsi plasenta.
3.   Distensi uterus berlebihan karena makrosomia atau hidramnion dapat mempredisposisi-kan pada persalinan awal.
4.   Memungkinkan keakuratan tes urin yang lebih besar karena ambang ginjal terhadap glukosa menurun selama kehamilan.
5.   Ketonuria menandakan adanya kondisi kelaparan yang secara negatif dapat mempengaruhi perkembangan janin.
6.  Insiden hipoglikemia sering terjadi pada trimester ketiga karena aliran glukosa darah dan asam amino yang kontinue pada janin dan untuk menurunkan kadar insulin antagonis laktogen plasenta. Insiden hiperglikemia memerlukan regulasi diet atau insulin untuk normoglikemia khususnya pada trimester kedua dan ketiga karena kebutuhan insulin sering meningkat dua kali.
7.   Diabetes cenderung kelebihan cairan karena perubahan vaskuler. Insiden hidramnion sebanyak 6% – 25% pada kasus diabetes yang hamil kemungkinan berhubungan dengan peningkatan kontribusi janin pada cairan amnion dan hiperglikemia meningkatkan haluaran urin janin.
8.   Deteksi awal adanya infeksi saluran kencing dapat mencegah pielonefritis.
9.   Obat tokolitik dapat meningkatkan glukosa darah dan insulin plasma.
Kolaborasi:
1.   Mendeteksi ancaman ketoasidosis, menentukan adanya ancaman hipoglikemia.
2.   Mengontrol secara akurat glukosa selama 60 hari terakhir.
3.   Anemia mungkin ada dengan masalah vaskuler.

4.   Kebutuhan insulin menurun pada trimester pertama kemudian meningkat dua kali dan empat kali lipat pada trimester kedua dan ketiga.
5.   Membantu mencegah atau mengatasi pielonefritis. Monilial vulvovaginitis dapat menyebabkan sariawan oral pada bayi baru lahir.
6.   Kemajuan perubahan vaskuler dapat merusak fungsi ginjal dengan diabetes jangka panjang atau berat.
7.   Latar belakang retinopati dapat berlanjut selama kehamilan karena keterlibatan vaskuler berat. Terapi koagulasi laser dapat memperbaiki dan menurunkan fibrosis optik.
8.   Mengetahui adanya tanda makrosomia dan diproporsi cephalopelvis.





9.   Glukagon adalah substansi alamiah yang bekerja pada glikogen hepar dan mengubahnya menjadi glukosa yang memperbaiki status hipoglikemik.
4.
Resiko tinggi terhadap trauma, pertukaran gas pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan trauma tidak terjadi.
KH:
·   Kehamilan cukup bulan.
·   Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi usia gestasi yang tepat.
·   Bebas cedera.
·   Menunjukkan kadar glukosa normal, bebas tanda hipoglikemia.
1.      Tinjau ulang riwayat prenatal dan kontrol maternal.















2.      Periksa adanya glukosa atau keton dan albumin dalam urin ibu dan pantau tekanan darah.






3.      Observasi tanda vital.



4.      Anjurkan posisi rekumben lateral selama persalinan.


5.      Lakukan dan bantu dengan pemeriksaan vagina untuk menentukan kemajuan persalinan.
Kolaborasi :
1.   Tinjau hasil tes pranatal seperti profil biofisikal, tes nonstres dan tes stres kontraksi.



2.   Dapatkan atau tinjau ulang hasil dari amniosentesis dan ultrasonografi.
3.   Pantai kadar glukosa serum maternal dengan finger stick setiap jam, kemudian setiap 2-4 jam sesuai indikasi.
4.   Observasi frekuensi denyut jantung janin.






5.   Lakukan pemberian cairan dekstrose 5% per parenteral.



6.   Siapkan untuk induksi persalinan dengan oksitosin atau seksio saesar.
7.   Kolaborasi dengan tim medis lain sesuai indikasi.

1.   Hiperglikemia maternal pada periode pranatal meningkatkan makrosomia, membuat janin berisiko terhadap cedera kelahiran karena distosia atau disporsia sefalopelvis. Kadar glukosa maternal yang tinggi pada kelahiran meransang pankreas janin, mengakibatkan hiperinsulinemia.
2.   Peningkatan glukosa dan kadar keton menandakan ketoasidosis yang dapat mengakibatkan asidosis janin dan potensial cedera susunan syaraf pusat.
3.   Peningkatan infeksi asenden, dapat mengakibatkan sepsis neonatal.
4.   Meningkatkan perfusi plasenta dan meningkatkan kesediaan oksigen untuk janin.
5.   Persalinan yang lama dapat meningkatkan resiko distres janin.
Kolaborasi:
1.   Memberikan informasi tentang cadangan pada plasenta untuk oksigenasi janin selama periode intrapartal.
2.   Memberikan informasi tentang maturasi paru janin.
3.   Peningkatan kebutuhan energi, penurunan kadar glikogen.

4.   Tachikardi, bradikardi atau deselerasi lambat pada penurunan variabilitas menandakan kemungkinan hipoksia janin.
5.   Mempertahankan normoglikemia tanpa pemberian glukosa sampai persalinan aktif mulai.
6.   Mendapatkan kelahiran dari bayi sesuai usia gestasi yang tepat.
7.   Profesionalisasi dapat memberikan bantuan atau tindakan yang tepat.
5.
Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi kritis atau mengancam pada status kesehatan maternal atau janin.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien tenang.
KH:
·   Mengungkap-kan kesadaran tentang perasaan mengenai diabetes dan persalinan.
·   Menggunakan strategi koping yang tepat
1.    Atur keberadaan perawat secara kontinu selama persalinan.






2.    Pastikan respon yang ada pada persalinan dan penatalaksanaan medis. Kaji keefektifan sistem pendukung.



3.    Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.

4.      Jelaskan semua prosedur tindakan perawatan.



5.      Fasilitasi semua keluhan atas ungkapan perasaan.




6.      Informasikan kepada keluarga tentang kemajuan persalinan dan keadaan janin.
1.    Meningkatkan kontinuitas asuhan. Pasien dan keluarga perlu mengetahui bahwa mereka tidak sendiri dan tersedianya tenaga bantuan dengan segera.
2.    Memberikan pengkajian dasar untuk perbandingan selanjutnya, mengidentifikasi kekuatan dan masalah yang potensial.
3.    Memberikan perasaan kontrol terhadap situasi.
4.    Pengetahuan tentang apa yang terjadi membantu menurunkan rasa takut.
5.    Suasana terbuka dan mendukung menurunkan intimidasi karena prosedur atau peralatan.
6.    Membantu untuk menghilangkan atau meminimalkan rasa khawatir dan mengembangkan rasa percaya.
6.
Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa dan kebutuhan tindakan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pengetahuan pasien meningkat terhadap penyakitnya.
KH:
·   Berpartisipasi dalam penatalaksana-an diabetes selam kehamilan.
·   Mengungkap-kan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium, dan aktivitas yang melibatkan pengontrolan diabetes.
·   Mendemon-strasikan kemahiran memantau sendiri dan pemberian insulin.
1.      Kaji pengetahuan tentang proses dan tindakan terhadap penyakit dari klien.






2.      Berikan informasi tentang cara kerja dan efek merugikan dari insulin.


3.      Berikan informasi tentang kebutuhan program latihan ringan. Ingatkan untuk berhenti latihan bila glukosa melebihi 300mg/dl.







4.      Berikan informasi mengenai dampak kehamilan pada kondisi diabetik dan harapan masa datang.






5.      Anjurkan klien mempertahankan pengkajian harian dirumah terhadap kadar glukosa serum, dosis insulin, diet, latihan, reaksi, perasaan umum tentang kesejahteraan, dan pemikiran lain yang berhubungan.
6.      Bantu klien/ keluarga untuk mempelajari pemberian glukagon.




7.      Tinjau kadar Hb atau Ht.












8.      Jelaskan penambahan berat badan normal pada klien. Anjurkan klien memantau penambahan berat badannya sendiri dirumah diantara waktu kunjungan. Penambahan total pada trimester pertama harus 2,5-4,5 Ib [1,1-2 kg] kemudian 0,8-0,9 Ib/mgg[360-400 g/mgg]setelahnya.
1.   Keputusan berdasarkan informasi dapat dibuat hanya bila terdapat pemahaman yang jelas tentang proses penyakit dan rasional penatalaksanaannya
2.   Perubahan metabolik prenatal menyebabkan kebutuhan insulin berubah.
3.   Klien harus latihan setelah makan ntuk membantu mencegah hipoglikemia dan menstabilkan penyimpanan glukosa, kecuali terjadi peningkatan glukosa berlebih dimana latihan dapat menyebabkan ketoasidosis
4.  Peningkatan pengetahuan dapat menurunkan rasa takut tentang ketidaktahuan, meningkatkan kemungkinan kerjasama, dan dapat membantu menurunkan komplikasi janin.
5.   Bila ditinjau ulang oleh praktisi pemberi perawatan, catatan harian klien dapat membantu bagi evalusi dan perubahan terapi.



6.   Adanya gejala-gejala hipoglikemia dengan kadar glukosa darah di bawah 70 mg/ dl memerlukan intervensi segera.
7.   Anemia lebih diperhatikan pada klien dengan diabetes yang ada sebelumnya kerana peningkatan kadar glukosa menggantikan oksigen pada molekul Hb mengakibatkan penurunan kapasitas pembawa oksigen.
8.   Pembatasan kalori dengan akibat ketonemia dapat menyebakan kerusakan janin dan menghambat penggunaan protein optimal.






BAB III
ANALISA KASUS
A.    Uraian Kasus
Seorang  perempuan, berusia 27 tahun, G2P1A1, hamil 4 minggu datang ke RSUD Arifin Achmad untuk mengontrolkan kehamilannya. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa kunjungan ini merupakan kunjungan pertamanya karena biasanya kontrol ke rumah bidan. Akhir-akhir ini ibu merasakan pusing, badannya lemah dan mudah capek, ia mendapatkan gula darahnya (glukosanya) menurun. Dari riwayat terdahulu dikatakannya bahwa klien merupakan penderita diabetes sudah lama bergantung pada insulin, oleh karena klien mampu sendiri mengukur glukosanya. Kehamilan pertamanya diterminasi melalui aborsi spontan pada usia enam minggu. Dia takut jika kehamilan kali ini akan berakhir juga dengan keguguran, ia menjadi cemas untuk memulai perawatan prenatal dan mengungkapkan keinginannya untuk mempelajari semua hal tentang diabetes pada ibu hamil sehingga diri dan bayi dapat diselamatkan. Program dietnya sebelum hamil adalah ADA 2000 kalori, karena tidak nafsu makan, maka mengalami kesulitan untuk mempertahankan asupan makanan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD: 180/100 mmHg, Nadi 80x/menit, Pernapasan 20x/menit, proteinuria (+2). Pemeriksaan laboratorium didapatkan gula darah puasa Ny.N didapatkan hasil 190mg/dl.

B. Pengkajian
1.      Identitas Klien
a.       Nama: Ny. N
b.      Usia: 27 tahun
c.       Status kehamilan: G2P1A1
d.      Usia kehamilan: Hamil 4 minggu
e.       Program dietnya sebelum hamil: 2000 kalori
f.       Data tambahan yang perlu dikaji yaitu: pendidikan dan pekerjaan

b. Riwayat Kesehatan Pasien
1.      Keluhan utama: kadar gula darahnya (glukosa) menurun
2.      Riwayat kesehatan dahulu: kehamilan pertama mengalami aborsi spontan pada usia enam minggu dan diabetes.
3.      Riwayat penyakit sekarang: klien cemas dan takut kehamilannya mengalami keguguran seperti kehamilan pertama, klien tidak nafsu makan.
4.      Pemeriksaan fisik
Tekanan darah: 180/100, denyut nadi: 80 x/menit, frekuensi pernafasan: 20 x/menit, proteinuria: +2, kadar gula darah puasa: 190mg/dl

C. WOC Kasus








 


















(Mitayani, 2009)

D. Analisa Data
Data Subjektif
-          Klien mengatakan tidak nafsu makan
-          Klien mengatakan mengalami kesulitan untuk mempertahankan asupan makanan
-          Program dietnya sebelum hamil: 2000 kalori
-          Klien mengatakan ia takut jika kehamilan kali ini akan berakhir juga dengan keguguran
-          Klien mengatakan ia menjadi cemas memulai perawatan prenatal
-          Klien mengatakan ingin mempelajari semua hal tentang diabetes pada ibu hamil sehingga diri dan bayinya dapat diselamatkan

Data Objektif
-          Klien tampak cemas
-          Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD: 180/100 mmHg, Nadi 80x/menit, Pernapasan 20x/menit, proteinuria (+2).
-          Hasil pemeriksaan laboratorium, gula darah puasa Ny.N didapatkan hasil 190mg/dl.

Analisa data
Etiologi
Masalah Keperawatan
DS:
-          Klien mengatakan tidak nafsu makan
-          Klien mengatakan mengalami kesulitan untuk mempertahankan asupan makanan
-          Program dietnya sebelum hamil: 2000 kalori

DO (data tambahan yang mendukung diagnosa):
-          Berat badan sebelum kehamilan
-          Mual dan muntah
-          Konjungtiva anemis
-          LILA

Kehamilan


 


Sel beta pankreas rusak/terganggu


 


Produksi insulin meningkat


 


Hiperglikemi


 


Tidak nafsu makan


 


Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi kurang dri kebutuhan tubuh
DS (data tambahan yang mendukung diagnosa):
-          Klien mengatakan lemah, pusing, lelah, penglihatan kabur, dan sakit kepala.

DO:
-          Hasil pemeriksaan laboratorium, gula darah puasa Ny.N didapatkan hasil 190mg/dl.
-          Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD: 180/100 mmHg, Nadi 80x/menit, Pernapasan 20x/menit, proteinuria (+2).

Kehamilan


 


Sel beta pankreas rusak/terganggu
 


Produksi insulin meningkat


 


Hiperglikemi


 


Resiko tinggi cidera maternal

Resiko tinggi cedera maternal
DS:
-          Klien mengatakan ia takut jika kehamilan kali ini akan berakhir juga dengan keguguran
-          Klien mengatakan ia menjadi cemas memulai perawatan prenatal

DO:
-          Klien tampak cemas
-          Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD: 180/100 mmHg, Nadi 80x/menit, Pernapasan 20x/menit.
-          Hasil pemeriksaan laboratorium, gula darah puasa Ny.N didapatkan hasil 190mg/dl.
Diabetes dalam kehamilan


 


Kurang informasi mengenai penyakit


 



Ansietas
Ansietas
DS:
-          Klien mengatakan ingin mempelajari semua hal tentang diabetes pada ibu hamil sehingga diri dan bayinya dapat diselamatkan

DO:
-          Klien tampak cemas

Diabetes dalam kehamilan


 


Kurang informasi mengenai penyakit


 


Kurang pengetahuan
Kurang pengetahuan

E. Diagnosa Keperawatan:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrien dengan tepat.
2. Risiko tinggi cedera maternal yang berhubungan dengan perubahan pada kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia hipoksia jaringan, dan perubahan imun.
3. Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi kritis atau mengancam pada status kesehatan maternal atau janin.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa dan kebutuhan tindakan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
F. Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrien dengan tepat.
Tujuan: kebutuhan nutrisi Ny. N terpenuhi

Kriteria hasil:
-      Ibu akan mempertahan-kan glukosa darah puasa antara 60-100 mg/dl
-      Kadar kalori klien mencapai 2300-2500 KK
-      Ibu akan sering mengungkapkan pemahaman tentang aturan individu dan kebutuhan pemantauan diri.
1.  Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam





2.  Tinjau ulang pentingnya makan kudapan yang teratur bila menggunakan insulin

3.  Bila terjadi hipoglikemia asimtomtik, atasi dengan segelas susu dan ulangi tiap 15 menit bila kadar glukosa serum tetap di bawah 70 mg/dl.


Kolaborasi:
1.   Diskusikan dosis, jadwal, dan tipe insulin.
















2.  Sesuai diet dan konseling pertanyaan mengenai diet yang dianjurkan.












3.  Rujuk pada ahli diet dan konseling pertanyaan mengenai diet yang dianjurkan.













4.  Tentukan hasil HbAIc setiap 2-4 minggu.
1.   Membantu dalam mengevaluasi pemahaman ibu tentang diet dan atau pentingnya menaati aturan makan
2.   Makan sedikit dan sering untuk menghindari hipoglikemia dan kelaparan.
3.   Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi karbohidrat yang dapt menimbulkan metabolisme lemak dan terjadi ketosis.

1. Penggunaan jumlah besar karbohidrat sederhana untuk mengatasi hipoglikemia menyebabkan nilai glukosa darah meningkat cepat. Kombinasi karbohidrat dengan protein mempertahankan normaoglikemia lebih lama dan membantu mempertahankan stabilitas glukosa sepanjang hari.
2. Pembagian dosis mempertimbangkan kebutuhan maternal dan rasio waktu makan terhadap makanan dan memungkinkan kebebasan dalam menjadwalkan makanan. Dosis total setiap hari berdasarkan usia gestasi, berat badan ibu dan kadar glukosa serum.
3. Kebutuhan metabolik pranatal berubah setiap trimester dan penyesuaian ditentukan oleh penambahan berat badan dan tes laboratorium. Diet spesifik pada individu diperlukan untuk mempertahankan normoglikemia dan mendapatkan berat badan yang diinginkan.
4.   Memberikan keakuratan gambaran rata-rata kontrol glukosa serum selama 60 hari.
2. Risiko tinggi cedera maternal yang berhubungan dengan perubahan pada kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia hipoksia jaringan, dan perubahan imun.
Tujuan: mencegah terjadinya cedera pada ibu
Kriteria hasil:
-       Ibu tetap normotensif
-        Ibu tetap mempertahan-kan normoglikemia
1.      Perhatikan klasifikasi White untuk diabetes, kaji derajat kontrol diabetik.




2.      Kaji kondisi ibu terhadap perdarahan vagina dan nyeri tekan abdomen




3.      Kaji adanya edema.







4.      Tentukan tingginya fundus, periksa adanya edema pada ekstremitas dan dispnea.












5.      Kaji dan tinjau ulang tanda dan gejala infeksi saluran kemih (ISK).


Kolaborasi:
1.      Pantau kadar glukosa setiap kunjungan.

2.      Kaki Hb/Ht pada setiap kunjungan awal kemudian selama trimester kedua dan pada kehamilan aterm.
3.      Instruksiskan pemberian insulin sesuai kebutuhan.


4.      Dapatkan urinalitas dan kultur urine, berikan antibiotik sesuai indikasi.

5.      Kumpulkan spesimen untuk ekskresi protein total, ibus, keratinin nitrogen, urea darah, dan kadar asam urat.


6.      Siapkan ibu untuk melakukan USG pada usia gestasi minggu ke-8, 12, 28, dan 38 kehamilan untuk menentukan ukuran janin dengan menggunakan diamenter biparietal, panjang femur, dan perkiraan berat badan janin.
1.      Ibu yang diklasifikasikan memiliki diabetes tipe D, E, F memiliki risiko tinggi mengalami komplikasi.
2.      Perubahan vaskular yang dihubungkan dengan diabetes menetapkan ibu pada risiko abrupsio plasenta.
3.      Ibu diabetik cenderung kelebihan retensi cairan dan hipertensi karena  kehamilan (HKK) akibat perubahan vaskular.
4.      Hidramnion terjadi dalam 6-25% ibu diabetik yang hamil. Hal ini terjadi kemungkinan berhubungan dengan peningkatan kontribusi janin pada cairan amnion karena hiperglikemia meningkatkan pengeluaran urine janin.
5.      Deteksi awal ISK dapat mencegah pielonefritis yang memperberat persalinan.

1.      Mendeteksi ancaman ketoasidosis.
2.      Anemia mungkin ada pada ibu dengan masalah vaskular.

3.      Kebutuhan insulin selama kehamilan tidak sama jumlahnya.
4.      Membantu mencegah atau mengatasi pielonefritis.
5.      Kemungkinan perubahan vaskular dapat merusak fungsi ginjal pada ibu dengan diabetes berat.
6.      Ibu berisiko tinggi terhadap CPD dan distosia karena makrosomia.
3. Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi kritis atau mengancam pada status kesehatan maternal atau janin.
Tujuan: kecemasan klien teratasi

Kriteria hasil:
- Mengungkapkan kesadaran tentang perasaan mengenai diabetes dan persalinan.
- Menggunakan strategi koping yang tepat
1.   Atur keberadaan perawat secara kontinu selama persalinan.







2.   Pastikan respon yang ada pada pesalinan dan penatalaksanaan medis. Kaji keefektifan sistem pendukung.




3.   Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi

4.   Jelaskan semua prosedur tindakan perawatan



5.   Fasilitasi semua keluhan atas ungkapan perasaan




6.   Informasikan kepada keluarga tentang kemajuan persalinan dan keadaan janin.
1.      Meningkatkan kontinuitas asuhan. Pasien dan keluarga perlu mengetahui bahwa mereka tidak sendiri dan tersedianya tenaga bantuan dengan segera.
2.      Memberikan pengkajian dasar untuk perbandingan selanjutnya, mengidentifikasi kekuatan dan masalah yang potensial.
3.      Memberikan perasaan kontrol terhadap situasi.
4.      Pengetahuan tentang apa yang terjadi membantu menurunkan rasa takut.
5.      Suasana terbuka dan mendukung menurunkan intimidasi karena prosedur atau peralatan.
6.      Membantu untuk menghilangkan atau meminimalkan rasa khawatir dan mengembangkan rasa percaya.
4.Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa dan kebutuhan tindakan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber informasi
Tujuan: meningkatkan pengetahuan klien mengenai penyakit yang dialami klien
Kriteria hasil:
-  Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selam kehamilan.
-  Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium, dan aktivitas yang melibatkan pengontrolan diabetes
- Mendemonstrasi-kan kemahiran memantau sendiri dan pemberian insulin
1.   Kaji pengetahuan tentang proses dan tindakan terhadap penyakit dari klien.







2.   Berikan informasi tentang cara kerja dan efek merugikan dari insulin.


3.   Berikan informasi tentang kebutuhan program latihan eingan. Ingatkan untuk berhenti latihan bila glukosa melebihi 300mg/dl.








4.   Berikan informasi mengenai dampak kehamilan pada kondisi diabetic dan harapan masa datang.






5.   Anjurkan klien mempertahankan pengkajian harian dirumah terhadap kadar glukosa serum, dosis insulin, diet, latihan, reaksi, perasaan umum tentang kesejahteraan, dan pemikiran lain yang berhubungan.
6.   Bantu klien/ keluarga untuk mempelajari pemberian glucagon.




7.   Tinjau kadar Hb atau Ht.













8.   Jelaskan penambahan berat badan normal pada klien. anjurkan klien memantau penambahan berat badannya sendiri dirumah diantara waktu kunjungan. Penambahan total pada trimester pertama harus 2,5-4,5 Ib [1,1-2 kg] kemudian 0,8-0,9 Ib/mgg[360-400 g/mgg]setelahnya
1.      Keputusan berdasarkan informasi dapat dibuat hanya bila terdapat pemahaman yang jelas tentang proses penyakit dan rasional penatalaksanaan-nya.
2.      Perubahan metabolic prenatal menyebabkan kebutuhan insulin berubah
3.      Klien harus latihan setelah makan ntuk membantu mencegah hipoglikemia dan menstabilkan penyimpanan glukosa, kecuali terjadi peningkatan glukosa berlebih dimana latihan dapat menyebabkan ketoasidosis
4.      Peningkatan pengetahuan dapat menurunkan rasa takut tentang ketidaktahuan, meningkatkan kemungkinan kerjasama, dan dapat membantu menurunkan komplikasi janin.
5.      Bila ditinjau ulang oleh praktisi pemberi perawatan, catatan harian klien dapat membantu bagi evalusi dan perubahan terapi.


6.      Adanya gejala-gejal hipoglikemia dengan kadar glukosa darah di bawah 70 mg/ dl memerlukan intervensi segera
7.      Anemia lebih diperhatikan pada klien dengan diabetes yang ada sebelumnya kerana peningkatan kadar glukosa menggantikan oksigen pada molekul Hb mengakibatkan penurunan kapasitas pembawa oksigen.
8.      Pembatasan kalori dengan akibat ketonemia dapat menyebakan kerusakan janin dan menghambat penggunaan protein optimal